Sekecil Apapun Kebaikan pada Lingkungan Alam, Lakukan!

canva

Perusak Vs Pelestari 

Hidup di lingkungan alam, menyisakan dua pilihan pada makhluk hidup yang menghuninya. Termasuk kita sebagai manusia. Apakah kita akan menjadi perusak, atau pelestari. Keduanya tetap akan berdampak pada semua yang ada di alam, baik disadari atau tidak. Mereka yang memilih menjadi perusak, bisa jadi dalam keadaan sadar, atau tidak tahu, serta tidak mau tahu, bagaimana cara untuk menjadi pelestari. Dan, mereka yang sadar bergerak sebagai pelestari, akan lebih baik membagikan informasi kepada yang belum tahu.

Dalam hal pemakaian sumber daya alam, mereka yang masuk kategori perusak, bisa memakai hal-hal yang tidak diizinkan, atau menghabiskan tanpa sisa apa yang ada, sehingga mereka saja yang merasakan manfaat, pada waktu itu. Sedangkan mereka yang masuk kategori pelestari akan memilih cara yang aman dalam memanfaatkan sumber daya alam, memikirkan dan bertindak nyata, bagaimana agar apa yang mereka ambil manfaatnya hari itu, masih bisa dirasakan oleh orang lain, terutama generasi penerus. 

canva


Saya jadi ingat, ketika Bang Edo Rakhman, koordinator Koalisi Golongan Hutan, mengatakan, "Jangan hanya berpikir untuk yang hidup hari ini, tetapi juga pikirkan juga untuk generasi yang akan datang." Kalimat yang beliau katakan pada acara Blogger on Line Gathering, Senin, 8 Januari 2021 yang diadakan oleh Golongan Hutan bersama Blogger Perempuan Network. 

Jika saya melemparkan ingatan pada masa silam, ke desa Tegalsari, Kawunganten, Cilacap, tanah lahir saya, betapa dulu Bapak mencari ikan dengan cara memancing, menjala, atau menangkap dengan jaring kecil. Beliau pergi pagi dengan kepis (wadah ikan dari bambu) yang kosong, dan pulang membawa kepis penuh aneka ikan. Mamak dan kami, anak-anak mereka,  menyambut dengan riang. Terbayang aroma khas ikan matang, dan nasi hangat yang akan menyambangi perut-perut kami yang lapar. 

Apa yang Bapak lakukan ini ternyata termasuk sikap pilihan tindakan yang akan melestarikan ikan-ikan di sungai, dan rawa. Kami, anak-anak Bapak sangat puas menikmati ikan-ikan gabus gratis dari alam, tidak membayar satu rupiah pun. Terima kasih, Bapak, engkau mengajari kami dengan contoh langsung sebagai pelestari lingkungan alam.

Bagaimana kondisinya hari ini? 
Sayang sekali, ketika saya tumbuh mulai dewasa, banyak orang yang membawa alat setrum untuk mencari ikan. kala itu, Bapak juga sudah mulai senja, tidak lagi menjaring ikan di sungai. Orang yang menyetrum ikan akan membuat ikan-ikan besar menggelepar seperti pemabuk, dan ikan-ikan kecil lebih parah dari itu. Tetapi, Bapak masih berikhtiar dengan cara menasihati tetangganya. Didengar atau tidak, Bapak terus memberi nasihat. 

Ikan-ikan yang pada waktu saya kecil begitu indah mewarnai sungai, berlompatan ketika gerimis, jadi sumber protein hewani gratis bagi penduduk sekitar, kini tinggal cerita. Sungai-sungai tidak lagi mengayomi ikan-ikan besar, bahkan ikan kecil pun sudah tiarap entah ke mana. 

Kalau Bapak saya memanfaatkan ikan sesuai kebutuhan dengan cara yang berdampak pelestarian sungai, maka bagaimana lainnya yang berhubungan dengan hutan? 

Bicara hutan, pikiran langsung tertuju pada kesejukan, oksigen, hijau, dan hal baik lainnya. Tetapi, karena pemanfaatan yang terlalu dieksploitasi, bisa berdampak pada berkurangnya kadar kesejukan, dan kawan-kawannya.  

Bukan kah kita sekarang sering mengalami cuaca panas, yang sangat panas? 
Bila pun hujan, airnya turun sangat deras. Semestinya musim hujan, tetapi sangat panas, atau sebaliknya. 
Ternyata, ini adalah dampak dari krisis iklim. Perilaku manusia yang masuk kategori perusak, berperan dalam  hal ini. 

Jadi, apakah kita akan menjadi perusak, atau pelestari lingkungan alam, khususnya hutan? 

Saya yakin, sebagian besar dari kita akan memilih menjadi pelestari. 





Kesempatan Anak Muda untuk Bergerak 

Kalau Saya merasa bersyukur bisa ikut 30 orang yang terpilih, dari 200 an orang yang ikut dalam event menulis yang diadakan Golongan Hutan dan Blogger Perempuan. Karena dengan itu bisa ikut Blogger on line Gathering. Semua yang ada di acara tersebut, jadi tahu study survey yang dilakukan tiga hingga empat bulan terakhir, yang disampaikan Bang Edo Rakhman, terkait akan anjuran sebaiknya kita adil dengan generasi yang akan datang, dalam memakai/memanfaatkan lingkungan alam, khususnya hutan kita. 
canva 



Tiga hasil study akhir itu meliputi:
A. Jejak pendapat harapan dan persepsi anak muda dari Pilkada. 
B. Laporan survey krisis ilmiah di mata anak muda. 
C. WALHI. Kejahatan korporasi dan ekosida. 

Dari hasil survey study tersebut, di antara yang beliau paparkan adalah bahwa anak muda sudah paham dampak korporasi dan perihal ekosida (Kejahatan lingkungan yang belum diketahui). Responden utama survey adalah mereka yang berusia 17 --30 tahun, masih masuk kategori muda. 

Respon positif dari para pemuda ini membuktikan bahwa anak muda/pemuda memiliki kesempatan besar berperan aktif dalam peduli terhadap lingkungan hidup. 

Sudah saatnya generasi muda maju dan bergerak, menyuarakan peduli pada lingkungan hidup. 

Yang hobi menulis, menyuarakan lewat tulisan. 

Bila senang melukis, mengguratkan pesan lewat lukisan. 

Kalau senang mendaki gunung, ke laut, terbang atau menyelam, bersahabat lah dengan lingkungan, dan lain sebagainya. 

Khusus untuk yang senang mendaki, ada tip dari Mbak Anindya Kusuma Putri, yang juga menjadi pemateri di acara blogger on line gathering;

- Jangan takut menegur, jika ada yang merusak lingkungan.

- Bawa pulang sampah plastik, bila ada di laut. Jangan lempar ke laut.

- Sekecil apapun kebaikan pada alam, lakukan.

Pesan dari Mahasiswi, Penggiat Aksi Jeda Untuk Iklim 

Pembicara selanjutnya pada acara gathering online adalah Mbak Syaharani. Mahasiswi semester delapan, dari Universitas Indonesia ini memberi tip kepada semua yang akan menyuarakan harapan;
1. Belajar
2. Bergerak
3. Bawel 

Tiga hal itu memang benar sekali, ya? 
Mereka yang mau belajar, adalah yang tahu keadaan berdasar fakta, bukan hanya katanya-katanya saja. Adapun yang bergerak, menjadi orang yang praktik, tidak sebatas membuat wacana-wacana. Satu lagi, perihal bawel. Tidak jemu untuk terus mengingatkan, menyuarakan, pokoknya teruuus aja bawel sehingga bisa menyuarakan harapan. 

Mari bergerak! 
Sekecil apapun kebaikan pada lingkungan alam, lakukan! 

Terima kasih Blogger Perempuan, Golongan Hutan, Kak Ocha (Fransisca Soraya), Bang Edo, Mbak Anindya dan Mbak Syaharani, untuk semua sharingnya. Semoga semakin sukses dan bersinar.


Host dan para pemateri





Screen shoot, dari WAG

Comments