Membantu Anak Percaya Pada Orang Lain

Maisan saya ...

Senin lalu saya sudah menuliskan tentang Belajar Mengubah Amarah Menjadi Do'a-do'a penuh berkah. Kondisi saya, juga sebagian banyak orang tua saat anak mereka belum juga bisa ditinggal di sekolah kadang memang jengkel. Sebab kecemberutan itu akhirnya tanpa sadar orang tua mengatakan hal yang tidak terdapat pada si anak. 


"Anak saya ngeyel."

Atau ...

"Anak saya susah diatur."

Dan lainnya.

Pada saat begitu, saya sudah berjanji agar mengeluarkan kata-kata baik. Sebelumnya tahan amarah, bila terpaksa meluncur juga kalimat dari mulut, saya mengucapkannya, "Dasar anak yang saleh! Kamu besok jadi orang berguna!" Mungkin terdengar aneh, tapi itu saya lakukan demi menetralisir apa yang biasa dilakukan sebagian banyak orang.

  • Bertanya apa yang dirasakan.
Saya tanyakan, kenapa Maisan minta diajarin ummi terus? 

"Bu guru enggak bisa. Ummi yang bisa."

Oalah, jadi baginya seorang ummi memang paling pintar di dunia ini. Alhamdulillah. Apakah anak-anak lain begini, ya?

  • Ucapkan kalimat yang membuatnya merasa nyaman.
Saya pun bicara dengan Maisan. Dengan cara mmegang kedua pundaknya, menatap mata dengan lembut, lalu tangan kanan dengan pelan mengusap-usap kepala mungilnya.

"Ih, bu guru juga pinter, lho. Coba nanti Kakak minta diajarin."

Sebenarnya hal ini sudah saya lakukan, tapi namanya anak-anak, tetap butuh motivasi. Maisan sepakat, saya menuju arah pintu. 

 "Bu, aku belum bisaaa."

Saya amati dengan baik apa yang dilakukan Maisan. Dia benar-benar minta tolong. Begitu sering pandangannya mengarah ke saya. Saya mencoba tersenyum. Wajahnya mulai berubah cerah.

Dua hal di atas saya lakukan sampai Maisan mau ditinggal ke luar kelas. Begitu saya merasa dia mulai nyaman, pikiran yang tadinya diliputi rasa kesal mulai mereda. Setelah Maisan minta libur pada hari Sabtu. Di rumah, saya meluangkan banyak waktu bersamanya. Bisa dikatakan saya pindah jadwal menulis pada hari itu. Jika biasanya anak-anak di rumah, saya menulis satu jam di siang hari. Saat itu saya lakukan di malam harinya.

"Eh, Kak. Senin lalu Mas Farhan itu jadi pemimpin upacara lho. Itu tuh yang di depan nyiapin teman-teman ... Siaaap! Grak!" ucapku dengan penuh persahabatan.

"Aku mau jadi pemimpin upacara?"

"Beneran?"

Dia mengangguk.

"Janji?"

Maisan tersenyum, lalu berlari ke luar sambil meneriakan aba-aba layaknya pemimpin upacara.

Senin pun datang ...

Maisan menepati janjinya. Saya pikir, dia lupa. Dengan wajah masih malu, dan agak takut, dia menjadi pemimpin upacara. Rasanya saya tidak bisa menahan buliran bening dari kornea. Haru, syukur, dan ... ini baru sebagian kecil dari do'a yang saya pintakan pada waktu marah.

Tentang wajah yang agak takut itu, saya harap menjadi lebih tenang jika dia mulai terbiasa. 

Usai upacara

"Kak ... ditinggal, ya?"

Luar biasa! Dia mengangguk sambil meperlihatkan gigi-giginya. 

"Nanti Ummi ke sini lagi, kan?"

"Iya."

Para ibu yang melihat perubahan drastis pada diri Maisan melongo. 

"Kok Maisan sekarang jadi mandiri?"

"Alhamdulillah."
 
  • Bonus.
Ini dia do'a-do'a yang saya panjatkan saat amarah mengusik kejenuhan :

1. "Dasar anak saleh!" Ini diucapkan bila tidak bisa menahan bibir untuk diam.

2. "Tambahkanlah kekuatan, ketabahan, kesabaran hamba dalam menjalani hidup seiring bertambahnya apa yang Kau berikan."

3. "Lindungilah Maisan, karena perlindunganMu sebaik-baik perlindungan."

4. "Jadikan dia anak yang ia anak yang saleh, sempurnakanlah jiwa dan fisiknya, anugerahkanlah dia prestasi dalam bidang yang Engkau ridhai."

5. "Jadikan dia anak yang menyejukan pandangan mata dan hati."

Keempat do'a selain yang nomor 1 dipanjatkan usai salat ... semua salat.

Do'a itu juga berlaku untuk anak kedua saya : Byan.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Aamiin.

Comments

  1. Agar anak mulai percaya kepada orang lain, termasuk gurunya ketika sudah mulai sekolah, tentu penting banget ya, Mbak. Saya sangat suka dengan cara, tips, demikian pula doanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Pak Akhmad Muhaimin Azzet. Sebenarnya anak saya masih terlalu dini, makanya tidak membuat target yang terlalu tinggi. Yang penting dia bisa mengasah emosional intelegensi, saya sudah Alhamdulillah.

      Terima kasih atas kunjungannya ...

      Delete
  2. hallo mbak, duhhh itu keluhan saya yang pertama; anak saya susah diatur, harus belajar banyak strategi, mungkin saya nya yang kurang paham mengkondisikannya ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo juga, Mbak. Hehe ... tambah anak bertingkah, ibunya bertambah pintar ... mereka memberi peluang kita untuk terus belajar

      Delete
  3. Subhanallah...
    anak sy sudah 13 tahun tapi masih susah diaturnya terutama utk tadarus...
    Tulisan ini sangat memotivasi saya untuk merubah cara "memarahi anak"
    Terima kasih sharenya ya mbak Khulatul... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sering memilih cara bagaimana agar anak-anak merasa nyaman dan butuh melakukan itu (mungkin karena masih 4 tahun lebih), termasuk jika dia tidak mau berangkat sekolah, saya menyetujuinya. Saya tanya, "Emang kenapa enggak mau sekolah?" Dia jawab, "Aku capek banget." Ya udah saya beneran ngizinin dia gak masuk. Sikap saya yang santai itu malah membuatnya mengubah pikiran begitu siang, "Mi ... aku mau berangkat, sekarang mandi, ayo!" Hahaha

      Delete
  4. Subhanallah...
    anak sy sudah 13 tahun tapi masih susah diaturnya terutama utk tadarus...
    Tulisan ini sangat memotivasi saya untuk merubah cara "memarahi anak"
    Terima kasih sharenya ya mbak Khulatul... :)

    ReplyDelete
  5. Senang sekali dapat ilmu parenting, Terimakasih...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara