Lepaskan, Relakan, Ikhlaskan

Koleksi pribadi

Lepaskan!
Mungkin demikan semestinya. Aku harus meninggalkan TPY (Temu Penulis Yogyakarta), menuju ladang baru, tanpa seorang pun kukenal di sana, selain suami, anak-anak, dan ibu mertua. Aku sewajarya melepaskan diri, dari harapan terus ikut acara rutin, yaitu bertemu setiap dua pekan sekali. Kegiatan ini rutin, biasanya ada pembicara dari satu penerbit, yang menjadi tamu undangan. Baik itu editor, atau owner penerbitnya. Lebih seringnya adalah editor. 


Tepat dengan waktu kepergian itu, aku baru saja menandatangani proyek penulisan novel anak. Ya Allah, bagaimana nanti aku menyelesaikan novel itu, di kota tembakau? Apakah aku mampu? Apakah aku bisa mengakrabi malam, dan binatang malam di sana, sebagaimana suasana dan hati, sudah sangat akrab dengan Yogyakarta. Bahkan, hidungku pun paham, bila beda tempat, selalu beda aroma udara. 

"Mbak, bisa bantu edit naskah yang terpilih, ya?" 

Aku ingat, tawaran ini, tidak sama persis kalimatnya. Tawaran ini, sudah kuiyakan, kemarin-kemarin. Bagaimana aku mengedit, kabarnya di sana, lampu mati lebih rutin, dari jadwal makan? Sementara naskah-naskah yang dimaksud, lumayan jumlah halamannya. Ah! Tidak usah kupikir saja sekarang. Nanti, ya nanti. Sekarang, aku sudah bersiap. Di stasiun, diantar adik bungsu dan istrinya, bersama dua anak, bersiap naik ke atas kereta jurusan Surabaya. 

Seperti ada pemberat, di telapak kaki ini, ketika langkah mulai semakin dekat ke tempat tunggu. Satu, dua, atau bahkan serasa ada tiga kilo lebih beban yang menahannya. Serius kah ini, bahwa aku akan berlalu? Ah! Pertanyaan itu-itu saja yang hadir. Berputar-putar seperti baling-baling masalah. Ya Allah. Kuatkan hati. Beri juga kekuatan agar nanti, aku tetap bisa menulis. 

"Kereta tujuan SURABAYA ... ." 

Kelanjutan kalimat di atas buyar. Aku menyeret kaki dan berusaha berlari. 

"Ayo! Cepat, cepat! Kita naik!" 

Dua anakku tampak riang.

Kalian tidak tahu, betapa hati ummimu ini sedang tidak jelas dalam rasa. Kalian riang, berebut, seolah akan menuju tempat wisata. 

Selamat tinggal Yogyakarta. 

RELAKAN! 

Relakan semua kenangan atau harapan yang prasastinya ada pada tiap-tiap waktu kumpul, atau berjumpa. 

Relakan, bila nanti hanya akan menikmati kisah, dari perjumpaan, demi perjumpaan. 

Relakan saja. Bismillah. 

IKHLASKAN. 

Berat ini hanya di awal. 
Esok pasti lebih ringan. 
Semua akan berlalu. 
Berubah dan kejarlah mimpi. 
Mimpi diri
Mimpi anak-anak
Mimpi keluarga. 

Kamu kuat. 
Kamu kuat. 
Kamu kuat. 

Tapi, air mata ini rembes juga. 
Menjebol kanal netra.
 Kalimatmu kuat. 
Tapi jiwamu masih di sana. 
Di sana! 
Di ... sana!

Kereta api melaju. 
Aku memejam rapat.
Berupaya tidak ingin melihat apapun tentang semua. 
Sayang, semua makin nyata membayang. 


Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan berjudul SELAMAT TINGGAL TPY. 

Buku LRI (Lepaskan Relakan Ikhlaskan) adalah buku antologi pertama TPY. Buku ini menyentuh kalbu pembacanya untuk belajar terus akan ikhlas. Mau tidak mau akan ada yang kita lepas. Mau tidak mau akan ada yang mesti kita relakan, baik terpaksa, atau secara rela sugguhan. 

Deskripsi buku
Judul: Lepaskan Relakan Ikhlaskan. Based on True Story. 
Penulis: @temupenulis
Penerbit: Laksana
Editor: Ana Syafa 
Tata sampul: Omenemo
Tahun terbit: 2018 
Jumlah halaman: 316 halaman. 
Ukuran buku: 14x20
ISBN: 978-602-407-290-2
Harga: 75K 


Pemesanan: WA: 0857.1014.2732 (Kayla)





Comments