Sun Yi (Tuduhan)

"Seharusnya tidak usah diangkat, saat Bapak baru jatuh. Ada ceritanya, orang yang jatuh nanti sadar sendiri. Bisa jadi itu setruk."


Sun Yi terus memikirkan kalimat itu. Ucapan yang meluncur dari mulut adik keduanya. Huruf-huruf yang sampai kini bersemayam di dada, berjejer dengan sesak, dan kadang sedikit merasa bersalah.

Saat Bapak jatuh, diam, dan memejam, Sun Yi fokus melihat kepanikan Ibu. Wajah yang menyiratkan permintaan tolong untuk mengangkat badan Bapak. Tatapan mata, gerakan tangan, dan raut yang terbaca, semua memintanya untuk segera mengangkat tubuh Bapak.

Sun Yi lupa akan sakitnya. Dia mengangkat Bapak, meletakkan di dipan berplupuh bambu. Jika kau pernah melihat bambu dibelah, dipipihkan dan jejer tertata, itulah plupuh. Di atas plupuh ada tikar koyak. Di sana tubuh Bapak dibaringkan.

Sun Yi pun lupa akan mimpinya. Tidak ada. Pikiran sedikit pun Bapak akan pergi. Dia tidak menalqin, dan itu serupa kesalahan kedua yang dia lakukan, setelah mengangkat tubuh Bapak.

"Benarkah begitu? Aku sendiri sedang kacau. Blas tidak kepikiran kalau mungkin Bapak terkena setruk. Setahuku, Bapak sehat."

Sun Yi, meski tak yakin mencoba membela diri. Bilakah dia penyebab kepergian Bapak? Salahkah dia yang memindahkan tubuh itu?

"Uwis. Ora usah dipikir nemen-nemen. Wis takdir."

Ibu selalu menghibur. Beliau meminta Sun Yi agar tidak terlampau memikirkannya. Kata beliau, itu sudah menjadi takdir. Satu kondisi yang disesali pun tidak akan berbalik.

Sun Yi duduk di kursi kayu yang satu kakinya pincang separuh. Tubuhnya masih seimbang menopang diri, tapi, jiwanya berkelana. Mencari jawaban dari kalimat-kalimat serupa tuduhan.

sesal menjemput
merampas raut
cemberut
kisah kisah berlalu
harapan terhenti
setelah ruh bapak pergi
dijemput maut

Bisa saja itu bukan tuduhan, hanya memang demikianlah cara adiknya menyampaikan duka. Mungkin, adiknya belum terima jika Bapak pergi. Masih seperti mimpi. Sama dengan dirinya yang terus-menerus teringat Bapak.

Ibu menatap anak gadisnya dari balik pintu kamar. Beliau membiarkan bulir-bulir bening menjalari pipi. Entah doa apa yang dirapal, saat melihat putrinya memikirkan kalimat putrinya yang lain.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Comments

  1. Jadi fokus sama Plupuh, di daerahku juga ada tapi Palupuh sih kalo Sunda. Bentuknya kurang lebih sama. Hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara