Sun Yi (Sakit)


pixabay


"Pak, badan saya lemas. Hari ini, saya izin tidak masuk kerja."

"Ya bisa. Kamu tulis saja surat izinnya, nanti Bapak titipkan ke temanmu, dan dia membawanya ke sekolah."


Seperti halnya mati, sakit juga datangnya tidak bisa kita prediksi. Aku tidak tahu, kenapa badan mendadak lemas. Seperti orang yang sudah lama tidak makan. Saat mau turun dari tempat tidur, kepala seolah gasing yang berputar kencang. Perut ada yang menyodok, sehingga rasa mual tak tertahankan. Aku juga jadi benci suara anak ayam yang menciap. Suaranya menusuk gendang telinga, dan menambah sakit kepala. Seperti ada tusukan-tusukan tajam saat anak-anak ayam itu berciap-ciap.

"Kamu seperti kena gejala typus," ucap Ibu.

Aku tidak menjawab. Seingatku, aku makan dan minum dengan terkontrol. Semua yang masuk ke mulut ini terkendali. Bukan type orang yang cuek dengan itu. Jajan sembarangan pun tidak. Karena penasaran, akhirnya kami periksa. Dan tidak ditemukan indikasi penyakit dalam diriku.

Lalu?

Aku sakit apa?

Jawabnya belum kutemukan. Mata ini begitu berat dibuka. Bila ada celah sedikit saja coba kubuka, maka denyut di kepala semakin kuat terasa. Padahal, aku ingin melihat daun-daun bambu yang bergoyang. Yang bisa dilihat dari tempatku berbaring saat mata terbuka. Aku juga ingin melihat satu, dua kupu-kupu dan capung yang tersesat masuk ke kamar.

Karena tak bisa, aku menyapa alam dan sekitar dengan telinga. Ya, kuraba rupa melalui suara-suara yang ada. Mulailah saat itu, aku bersyukur memiliki nikmat dapat melihat. Jadi, setidaknya mungkin begini yang dilakukan orang yang tidak bisa melihat. Mengenali semua melalui indera lain. Menajamkan yang bagi si bisa melihat bisa jadi tidak tajam. Satu di antaranya adalah pendengaran.

datang kepala sekolah
beliau juga teman bapak
satu, dua tawa tepis lelah
"Jika jiwa menolak satu hal, kau bisa saja sakit."
teringat diri akan peristiwa kemarin
ucapan  beliau
sambutan Bapak
dan tanya dalam diri mendadak membuat satu kesimpulan
jiwa ini terkoyak
raga tak mampu tahan dampak
aku sakit
dari rasa yang kucipta

ke mana ikhlas
yang sering kuucap
kutata berjajar bersama cibiran tetangga
teman-teman kerja

Karena belum bisa terima dengan temannya Ning, sukmaku melemah. Dan sejak tahu itu, aku belajar banyak sekali hikmah.

Astaghfirullah.

Kukuatkan tekad membuka mata. Ketika Bapak dan Ibu pergi. Saat anak-anak ayam lelah menciap. Aku tidak bisa begini terus. Semoga saja aku bisa sembuh. Karena obat dan sakit itu, datang dari jiwa ini, bukan dari luar.

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia




Comments

  1. Aisyah suka kalimat terakhirnya, 'Karena obat dan sakit itu, datang dari jiwa ini, bukan dari luar.' ^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara