Sun Yi, Pencinta Bela Diri

pixabay

"Namamu siapa?"

"Sunyimah."

"Kau serius?"

"Ya serius. Itu nama pemberian orangtuaku."

"Ganti. Tidak pantas!"

"Lho. Ada juga yang namanya Darminah. Tuh, anaknya yang pakai sepatu biru, kaus biru, dan trening item. Yang rambutnya cepak kayak Polwan."

"Dia pantas namanya Darminah. Tampang dan nama selaras. Lah kamu?"

"Kurasa tidak perlu mengganti nama pemberian orangtua. Kecuali nama hijrah ala gadis salehah. Kalau aku jadi Sherli, Pretty, Pritha, atau Sintia, nanti semua orang akan kaget."

"Bukan, bukan! Kamu tak perlu mencari nama yang aneh, dan sebenarnya pasaran itu. Kamu tetap bisa memakai namamu. Mungkin Sun, Yi, Mah, Yimah, ... ahahaha! Maaf. Aku juga bingung. Ada usul?

"Ya ampun. Kenapa sih hanya mau bertanding saja harus ribet? Banyak sekali peraturan. Ya udah. Aku nurut. Daripada ribut. Gimana kalau Sun Yi saja? Kan namaku Sunyimah. Ada kata Sun Yi nya. Tapi nulisnya emang dipisah gini ya; Sun Yi. Biar enggak bermakna sepi. Aku kan tidak suka dengan kata sepi."

"Oke. Nanti tidak akan ada announcer dari tatami mana pun yang memanggilmu dengan Sunyimah. Ingat-ingat dengan baik. Sun Yi. Oke?"

"Oke. Kalau aku lupa, bagaimana?"

"Tidak ada kata lupa! Kan kamu sendiri yang membuat nama. Aneh!"

"Namanya juga manusia. Masa enggak boleh lupa."

"Udah enggak usah mencucu gitu. Aku ke meja administrasi dulu. Udah ditunggu Sensei tuh. Dia udah ngasih kode dari tadi. Kamu jangan keluar GOR terlalu jauh. Banyak kontingen berkaus warna mirip dengan tim kita. Bisa ilang lho."



*** 


netranya terkait pada kaki langit di ujung senja.
kenang demi kenang bercengkrama di kepala.
dia ingat sosok tegap usik namanya
senpai berwajah tirus
badan agak kurus

dia tlah ambil Sun Yi
bukan sunyi
dari pertama kali injak tapak di tatami
lekat terpahat makna itu dalam memori


*** 

"Sebesar apa cintamu pada bela diri ini?"

"Aku tidak bisa menjamin. Berapa besar cinta itu. Tapi, aku hanya tahu. Bahwa cinta bisa saja berubah kapan saja dan di mana saja."

"Apa kau pernah jatuh cinta? Pada laki-laki?"

"Aku belum tahu. Apa jika aku selalu ingin dekat dan tertawa bersama itu artinya jatuh cinta?"

"Dasar bodoh! Percuma saja kamu berjidat lebar dan nonong. Cinta saja masih kebingungan!"

"Apa kamu tidak bingung? Kenapa tidak memberitahuku jika tidak bingung? Apa kau sedang membuatku bingung?"

"Masih ada lagi yang mau ditanyakan? Tuh pemanasan sudah dimulai!"


*** 

satu nama itu tersimpan
dipanggil perlahan
dalam sadar
dalam igauan
 








Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara