Sun Yi Bukan Pemuja Sunyi

Pixabay
Hari ini, Sun Yi duduk menatap wajah Mbokdhe. Dia seolah menghitung buliran air yang begitu deras bergulir dari danau kedua mata adik ipar ayahnya. Sekitar lima menit, Mbokdhe masih juga belum mengatakan apa-apa. Selain meminta maaf.


"Aku yang khilaf, Imah. Aku yang menyumpahimu, tapi anakku yang mendapat imbasnya."

Sun Yi memang biasa juga dipanggil Imah. Nama lengkapnya sangat sederhana, Sunyimah. Teman-temannya sering memanggil dengan Sun Yi, ketimbang Imah. Saat menuliskan nama, agar tidak terbaca sebagai 'sunyi' maka dipisahkanlah antara 'Sun' dan 'Yi'. Itu adalah cara agar yang mengeja namanya tidak bablas mengucap dengan 'sunyi'. Sebab, bagi gadis itu, nama akan mempengaruhi hidupnya. 

Awalnya, banyak orang mengira dia gadis keturunan kulit putih yang sipit, saat membaca namanya. Apalagi, kulit Sun Yi memang mendekati warna seorang keturunan orang bermata sipit. Ketika membuka penutup kepala, rambut lurus legamnya terurai, semua tambah menduga, Sun Yi ada gen keturunan asing. 

"Kamu mau, kan memaafkan Mbokdhe?" 

Sun Yi mengangguk. Tangannya yang pias mengusap punggung kebaya yang dipakai Mbokdhe. Wanita yang usianya mulai menapak di angka 60 itu meraih pundak Sun Yi. Seperti induk burung yang terpisah dari anaknya, Mbokdhe mendekap Sun Yi. Erat. 

"Sampun, Mbokdhe Pur. Imah yang mohon maaf. Imah belum bisa membuat orangtua tersenyum bahagia," jawab gadis itu lembut.

Mendengar kalimat yang diucapkan Sun Yi, Mbokdhe kian tergugu. Bergulung-gulung sesak menjebloskannya pada sesal tak terkira. Dia yang mengatakan, 'Perawan tua sebaiknya tidak pilih-pilih tebu. Nanti bongleng' itu, harus terima kenyataan serasa empedu. Begitu getir mencekat kalbu. Juga urat malu.

Anak bungsu Mbokdhe berpisah secara hukum, dari suaminya. Dulu, ketika Sun Yi mendengar ungkapan itu dari Mbokde, orang-orang melihat sinis ke arah Sun Yi. Beruntung, meski orang Jawa, Sun Yi tidak tahu secara langsung, apa yang diucapkan adik ipar Bapak.

"Umur kan sudah mau 29 tahun. Kapan mau nyusul anaknya Mbokdhe?" kata para rewang secara bergantian. Para rewang itu adalah orang-orang yang membantu memasak di acara hajatan Mbokdhe. Saat mereka tertawa, Sun Yi ikut tertawa. Berulang, gadis itu bahkan menanggapi pertanyaan-pertanyaan dengan gurauan.

Jangan terlampau memilih, nanti mendapatkan jodoh yang tak berkualitas, tampak baik, tapi busuk.

Sun Yi tetap berkarib dengan lengkung bulan sabit di bibir. Dia menuliskan arti ungkapan Mbokdhe ke halaman 302, pada buku hariannya.
  
sendiri
tak selalu bermakna sepi
bila pun malam pekat membungkus kesunyian
tiada belenggu pasung harapan

langkah bisa payah
takdir terukir beda dari gambar dalam pikir
hati tiada resah
bibir basah melimpah zikir

ia disanjung
ia disinggung
penduduk memicing
mulut-mulut tabuh gemerincing gunjing

ia benar pun salah
ia salah terkungkung sumpah
serapah 'ah-ah'
serupa sampah



Comments

  1. Sun Yi, Masya Allah aku juga mengira keturunan Cina.. ^^
    Puisinya indah..

    ReplyDelete
  2. salam buat Sun Yi, ya mbak. cerita yang apik

    ReplyDelete
  3. Oalaaah. Itu dia rahasia nama Sun yi ....

    ReplyDelete
  4. Oalaaah. Itu dia rahasia nama Sun yi ....

    ReplyDelete
  5. Hahai, tidak diduga, Kueren Mbak. Suka saya :)

    ReplyDelete
  6. Padahal menikah bukan persoalan cepat atau lambat ya.
    Sun Yi sepertinya hidup di tempat seperti desa/ kampung yang masih guyub ya mbak, coba kalau di perkotaan, usia 29 belum nikah udah biasa hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu nanti lama-lama ketahuan deh, dia hidup di mana. Step by step yang nguaknya ....

      Delete
  7. Mbokdhe kian tergugu. Bergulung-gulung sesak menjebloskannya pada sesal tak terkira. Dia yang mengatakan, 'Perawan tua sebaiknya tidak pilih-pilih tebu. Nanti bongleng' itu, harus terima kenyataan serasa empedu. Begitu getir mencekat kalbu. Juga urat malu.

    Aku suka kalimatnya Mbak, indah tapi gimana gitu. Piye sih bisa merangkai kalimat yg kayak gituh? hikksss... bahasaku masih belepotan deh kayaknya, xixixi.

    Jadi galfok ma SunYi, aku perhatiin tata kalimatnya, indah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wes wes. Ini masih fakir kosa kata. Ayo lanjut aja. Galfok sah aja kok. Hihihi

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara