Mama, Kenapa Aku Tidak Bisa Berenang?

Sumber

Matahari bersinar cerah. Desa Dulidam terlihat indah. Ada rumah-rumah, dan hamparan sawah. Mama Beki membentangkan sayapnya yang indah. Dia sedang berjalan di tepi empang dekat sawah.

“Wah, ada cacing-cacing merah!” serunya kemudian melompat dan berenang.
Dari arah kandang, berlarian tiga anak ayam yang lucu-lucu. Mereka adalah Weki, Meko, dan Noki. Mereka lari sambil membentangkan sayap. Weki kadang berhenti, berputar-putar, baru lari lagi.
“Udara Desa Dulidam segar sekali!” seru Noki yang paling kecil.
“Iya! Tapi, ke mana Mama Beki?” tanya Weki.
Mereka berhenti bersama. Menengok ke kanan-kiri. Tidak ada siapa-siapa. Hanya kupu-kupu, kepik, belalang, dan capung yang ada. Mereka berjalan bersama seperti sedang berbaris.
“Weeek-weeek-weeek!”
Mereka saling pandang.
“Itu suara Mama Beki!” seru Noki yang langsung lari sambil menundukkan kepala.
“Hati-hati kepalamu, Nok ... ,” tegur Meko.
“Aaah! Sa-kiiit!” seru Noki yang terjungkal.
Tadi dia menoleh dan melihat kedua kakaknya. Dia terus berlari dari menabrak tunggak pohon kopi.
“Bangun!” pinta Weki.
Noki bangun. Mereka berjalan ke pinggir empang.
“Hei! Lihat! Apa yang dilakukan Mama Beki!” seru Weki.
Mereka melihat Mama Beki berenang ke sana ke mari. Memasukkan kepala ke dalam air, dan menggoyang-goyangkannya. Mama Beki juga bernyanyi. Kadang, dia mengepak-ngepakkan sayap, sehingga air menciprat.
“Mama Beki sedang bermain. Ayo kita ikut!” girang Noki.
Semua kompak melompat ke empang.
“Ciaaap-ciaaap-ciaaap!” suara tiga anak ayam bersahutan.
Mama Beki mendengar suara anak-anak ayam itu. Dia menoleh dan terkejut. Segera berenang cepat mendekati mereka bertiga.
“Hei! Hati-hati! Ayo naik ke punggung Mama!” pinta Mama Beki.
Weki, Meko, dan Noki melompat.
Mama Beki berenang ke tepian. Karena Mama Beki terlalu cepat berenang, Noki kembali tercebur. Selain itu, punggung Mama Beki juga licin.
“Aku antar kalian berdua dulu. Ayo! Cepat naik!” perintah Mama Beki.
Mama Beki kembali berenang ke arah Noki. Noki mulai lemas.
“Ayo naik!” pinta Mama Beki.
Noki naik. Mama Beki berenang dengan pelan. Air terlihat bergelombang karena kayuhan kaki Mama Beki. Suara kecipak terdengar pelan. Dia tidak mau kalau Noki tercebur lagi.
Anak-anak ayam itu berjemur di bawah sinar matahari. Mama Beki membelai-belai kepala mereka bergantian. Dia tahu, anak-anak ayam itu ingin berenang. Tapi, mereka tidak bisa. Mereka bukan bebek seperti dirinya.
“Lain kali tidak perlu mencebur ke empang, ya?” nasihat Mama Beki.
Semua mengangguk.
“Bekiii! Bekiii! Beee-kiii!” panggil Bibi Talika.
Semua siap lari. Ini waktunya makan enak. Biasanya, sekitar pukul delapan pagi ada bubur dedak hangat. Ada campuran sayur hijau juga. Hmm ... lezaaat sekali.
“Wek-wek-wek!”
“Ciap-ciap-ciap!”
Suara Mama Beki dan anak-anak ayam menyahut panggilan Bibi Talika.
“Saatnya makaaan!”
Bibi Talika menuang makanan hangat ke wadah kayu. Bentuknya seperti lumpang, tempat menumbuk padi. Tapi, ini lebih pendek. Saat semua makanan sudah tertuang, Bibi Talika memukul-mukul sendok kayu. Itu adalah kebiasaannya untuk mengajak Beki dan tiga anak ayam makan.
Bibi Talika lalu masuk ke rumah. Mungkin, dia akan sarapan juga.
Saat sedang makan, Weki mendekati Mama Beki.
“Mama, kenapa kita tidak bisa berenang?” tanyanya sedih.
“Weki, tidak perlu sedih. Meski kalian tidak bisa berenang, Mama tetap sayang,” jawab Mama Beki.
Saat mereka sedang bicara, Paman Pontang, suami Bibi Talika keluar.
“Ini kenapa anak-anak ayamnya basah kuyup, Bu?” tanyanya pada Bibi Talika.
Paman Pontang memang memanggil ‘Bu’ pada Bibi Talika.
“Mungkin mereka pikir, mereka sama dengan bebek. Jadi, mereka mau berenang,” jawab Bibi Talika terdengar dari dapur.
Weki, Meko, dan Noki mendengar percakapan mereka.
“Jadi, Mama adalah bebek? Bukan ayam? Lalu, kami yatim piatu?” tanya Weki dengan murung.
“Tidak. kalian anak-anak Mama Beki. Mama Beki yang membantu kalian menetas,” hibur Mama Beki.

Mama Beki memeluk ketiga anak ayam. Mereka berbeda, tapi mereka adalah keluarga. Keluarga itu saling menyayangi, tak peduli apa kita sama atau beda. Anak-anak ayam merasa nyaman dalam pelukan Mama Beki. []


#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

Comments