Penghargaan untuk Dua Bintang



pixabay.

“Berhenti!”

Ryedith memberi tanda dengan telapak tangannya. Mobil yang sedang melaju, langsung berhenti. Suara decit ban mobil membelah sore. Ryedith dan Bimbim baru pulang latihan karate. Sudah lama menunggu jalur tujuh, tapi belum juga datang, hari mulai petang.

 
Keduanya diijinkan menumpang. Begitu pintu ditutup terdengar berita dari radio. Sudah dua minggu terakhir burung-burung di kebun binatang Marga Satwa berkurang. Diduga telah terjadi pencurian. Tiba-tiba pengemudi mobil terbahak, “Lihat saja! Siapa yang bisa menangkap kita.”

Dua anak laki-laki itu saling pandang.

Ryedith mengeluarkan HP-nya. Dia menulis sebuah pesan untuk Bimbim. Bimbim mengangguk. Entah apa isi pesan itu. Dua atlet POPNAS (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) itu mengaktifkan GPS di HP mereka. Mereka berdua pun menguap lalu tertidur. Tiga orang di dalam mobil mengolok-olok polisi dan para penjaga kebun binatang.
Mobil yang ditumpangi Ryedith dan Bimbim menepi persis di depan kebun binatang. Ryedith membuka satu matanya. Dua orang turun, supir tetap di dalam mobil. Ketika pak supir menoleh ke belakang, Ryedith buru-buru memejamkan mata.
Supir itu turun, dia berjalan ke pinggir jalan. Ryedith segera menelepon Senpai Damar, pelatih mereka. Tanpa mereka sadari laki-laki kurus berjaket kumal yang menyetir, mendengar. Dia langsung masuk ke mobil dan mengunci pintu-pintunya melalui remot.

“Kalian ternyata memata-matai kami?” Supir itu mengikat tubuh Ryedith dengan tali.

“Lalu kenapa?” Ryedith bertanya dengan tenang. Dia ingat sumpah karate yang terakhir, sanggup menguasai diri. Orang itu tak menjawab. Beberapa saat kemudian muncul dua orang dengan membawa sangkar kecil, di dalamnya terdapat beberapa ekor burung warna-warni.

Di rumah Ryedith. Mama menerima pesan dari anak bungsunya kalau ada latihan tambahan selepas maghrib. Ibunya Bimbim pun mendapatkan pesan yang sama. Namun sudah satu jam ikomat isya berlalu. Anak-anak mereka belum juga pulang.
Di rumah Senpai Damar.
Seorang bapak berbadan tegap sedang berbicara melalui telepon. Rambutnya cepak dan kelingking kiri yang hanya separuh, dialah Senpai Damar. Ryedith, atlet karate andalannya baru saja memberikan berita mengejutkan.
“Iya, Sensei. Di Jalan Kebun Raya. GPS Ryedith aktif.” Begitu yang diucapkan Senpai Damar. Senpai Damar memiliki seorang pelatih yang bekerja di Polda. Beliau bekerja di bagian Bareskrim, Badan Reserse Kriminal.
“Ryedith bilang mereka tiga orang, Sensei.” Senpai Damar masih bicara dengan seseorang melalui telepon. Lima belas menit setelah itu sebuah mobil besar berhenti di depan rumah Senpai Damar. Mobil kemudiam melaju di jalan yang mulai basah karena gerimis.
Di tempat lain.
Di dalam mobil para pencuri burung menyusun rencana. Mereka berpikir bagaimana bila melempar dua anak iseng itu ke tengah sawah. Supir mobil melihat spion. Wajahnya tampak berpikir, “Ada yang membuntuti kita.”

Seorang laki-laki bercambang awut-awutan menatap Ryedith dan Bimbim. Dua anak laki-laki yang terlatih fisiknya itu hanya diam. Ketika melintasi sawah yang luas. Mobil itu berhenti dan dua anak kecil yang terikat dikeluarkan dengan paksa. HP Ryedith terjatuh di kursi mobil.

Mobil yang mengikuti berhenti. Orang-orang di dalam mobil yang ditumpangi Ryedith dan Bimbim tegang. Mereka melihat seorang dari dalam mobil keluar menolong kedua penumpang kecil mereka.

“Tancap gas!” teriak orang bercambang. Mobil itu meluncur seperti di atas sirkuit.

Di depan Rumah Ryedith sudah ada ayah dan ibunya Bimbim. Papa Ryedith siap mengantar mama dan dua orangutan teman anaknya ke rumah Senpai Damar. Ketika sampai di sana, istrinya senpai Damar memberitahu bahwa suaminya sedang bertugas.

“Bertugas?”

Mamanya Ryedith dan Ibunya Bimbim bertanya secara bersamaan. Berarti tidak ada latihan tambahan. Istri Senpai Damar lalu menceritakan apa yang sedang dilakukan suaminya. Mama Ryedith menengadahkan tangan ke langit. Beliau berharap putranya baik-baik saja. Mereka sepakat menunggu di rumah Senpai Damar.

Sementara di jalan raya.
Sensei Advent tidak dapat melihat mobil yang mereka kejar. Senpai Damar menyodorkan secarik kertas bertuliskan nomor mobil para pencuri. Ryedith mencari-cari sesuatu.

“HP-ku hilang!”

Ryedith merasa kecewa, HP itu adalah hadiah dari Papa ketika dia menjadi juara pertama pertandingan sebulan yang lalu.

“Bagus! HP-mu masih di dalam mobil orang-orang tadi. Sensei, ini dia peta GPS-nya,” ucap Senpai Damar sembari memperlihatkan HP-nya.

Sensai Advent mengacungkan jempol tangan kanannya.
Mobil yang mereka cari sedang berhenti di depan warung makan. Jauh dari pusat kota. Senpai Damar bertugas di dalam mobil. Dua temannya dibantu para jagoan cilik meringkus para pencuri. Ryedith dan Bimbim mendapat tugas menangkap supir. Sensei Advent menangkap bapak bercambang, Senpai Damar meringkus satunya.

Ryedith melepas tali sepatunya. Dia mengendap, mengikatkan tali itu dengan pada kaki meja dan kaki pencuri. Bimbim membawa sabuk hitam milik Sensei Advent. Dia langsung menyekap dengan kuat targetnya.

Setelah peristiwa itu, Ryedith dan Bimbim mendapat penghargaan dari Pemerintah Kota. Mereka mendapatkan tabungan pelajar, dan sebuah medali khusus. Di medali itu bertuliskan ‘Bintang Penyelamat.’ Kedua orangtua mereka bergantian memeluk anaknya.

“Mama bangga padamu, Ryedith,” ucap Mama mengusap rambut lebat putranya.

“Kamu hebat, Bimbim.” Kali ini ibunya Bimbim mengacak rambut anaknya. []

Naskah ini memang belum sempurna, tapi saya coba persembahkan untuk adik-adik-nya Mbak Annisa Bunga di Beltim, semoga banjir lekas surut (untuk area yang banjir), adik-adiknya Mbak Nia Suryani di Rumah Pelangi, Bekasi, putra-putri di Rumah Hijau-nya Mbak Nenny Makmun, Putri Bunda Lozhalouzzara Ozzha dan Adik-adik karateka di seluruh Indonesia, serta semua anak-anak.

Ailafyuuuu

Selamat jelang #HariAnakNasional ...
23 Juli ...

Mohon doanya untuk komik 'Detektif Kembar,' yang terinspirasi dari cerita ini, bisa terbit sesuai jadwal dari penerbit. Aamiin. Terima kasih.


#EasyWritingComunity

Tulisan ini dipublish juga di : Sini

Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara