Setangkup Rindu di Malam yang Yatim

Sumber

Kutulis ini di sela kepala yang berdenyut. Lantai yang sudah dua hari belum dipel, dan kain-kain yang memonyongkan bibir di sela meringis. Mungkin, mereka sudah protes, tapi, aku yakin, mereka bisa menahan diri dan memberiku ruang untuk anak-anak kita.

Malam semakin purba, dan tangis anak pertama kita masih retak-retak. Membelah serak suaranya, tertahan di tenggorokan diselingi batuk. Dari bibirnya melafaz suara yang menginginkanmu ada di antara kami, saat ini juga. Namun, logikanya yang mulai menghargaiku sebagai Ibu, menahan lidah untuk terus berucap. 

Ini malam yang yatim, bagi rasa anak-anak kita, karena kau tidak bersama, satu atap di tarikan napas yang berbeda. Malam yang langitnya tenang, dipenuhi larik-larik doa menjemput lailatul qadar. Sekilas, tadi sore ketika aku menatapnya, teringat pikir kan satu hal yang sudah lama tidak kita lakukan. Ah, ya. Malah belum kita lakukan, ya? Menatap langit bersama.

Pagi yang masih perawan. Jarum jam dinding bercumbu di angka dua. Dua anak kita menyampur aneka warna, air dan tepung dengan suka cita. Rasa yang dari tingkahnya, aku tahu, mereka merindukanmu. Dan kubiarkan mereka tenggelam dalam rindu, melalui sapuan warna-warna di atas kertas.

Ini adalah pelajaran setangkup rindu yang kau beri. Di mana aku sudah biasa bersama puluhan anak, bukan anak sendiri. Ada yang yatim, piatu, atau papa dalam harta. Dam saat ini, aku baru bisa menyelami lebih dalam hati mereka, saat melihat binar-binar rindu di kedua kornea mata anak-anak kita.

Ini rasa sekaligus jawaban dari persetujuanku dulu untuk meninggalkan karir. Saat larik sesalnya kupintakan sabar, dan jawabnya kudapati satu per satu, setelah bersamamu. Di setiap jawaban itu, tumbuh satu motivasi yang terus mendayungkan doa, menembus gelombang-gelombang awan, dan melambung ke langit, untuk hidup, mati, dan berkumpulnya kita kembali.

Duhai ayah, dari anak-anakku ...
Setangkup rindu di malam yang yatim, sudah kukirim dalam kecup penuh gairah, di sela aksara pinta dedah gemuruh, dan letupan dalam dada.

I Love You So Much Lillah.

Pondok Cahaya, Yk, 16 Juni 2017

Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara