Pengalaman Pertama Memblokir Seseakun

Sumber

Saya termasuk orang yang super hati-hati dalam blokir memblokir akun di media sosial. Akan ada syarat khusus, seseakun mendapat predikat blokir dari saya. Memang, saya sadar, saya bukan siapa-siapa, namun, segala hal yang membuat saya tidak nyaman, tentu saja perlu diselesaikan. Begitu juga dengan Anda, bukan?

Perasaan aneh itu muncul ketika pertama kali ada akun menyapa dengan salam, lalu saya jawab salam itu dengan versi penuh (wa'alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh), dia memberikan tiga emo tertawa lebar. Di sini, saya berpikir, ini katanya beragama islam, kok saya jawab komplit salamnya malah tertawa. 

Kami belum saling kenal, dia langsung bertanya, "Sedang apa?"

Saya menepis pikiran yang merasa lebih aneh lagi. Karena itu, saya berikan jawab dari pertanyaannya, "Sedang WA-an." 

Dia kembali mengirimkan emo tertawa lebar. Kali itu, saya merasa wajar. Yang menjadi kurang wajar, adalah dia mengirimkan banyak sekali pertanyaan, dan itu membuat saya melongo. Di antara pertanyaan yang masih saya ingat, misalnya ...

"Apa Mbak sudah menikah?"

"Sudah punya anak?"

"Anaknya berapa?"

"Repot apa enggak?"

Saya cut semua pertanyaannya dengan pertanyaan, "Maaf, ini siapa?" Barulah dia menyebutkan nama. Saya tidak bisa melihat wajahnya, karena foto profilnya adalah kata-kata mutiara. Saya coba untuk menjawab pertanyaannya (mungkin Anda mulai kesal, ya? Hehehe). Saya masih memberinya ruang, siapa tahu akan ada pertanyaan, atau sharing hal lain yang berhubungan dengan rumah tangga, atau agama. (bukan saya merasa pintar, masalahnya, kami ada dalam satu grup kajian yang membahas banyak hal tentang agama. Siapa tahu dia sedang genting, atau punya masalah. Gitu). 

Pertanyaan demi pertanyaan bergulir tanpa kenal waktu. Saya mulai menjawab dengan memberi jeda. Saya harap, karena sama-sama wanita, dia bisa membaca bahwa saya tidak nyaman dengan tingkahnya.

Suatu kali, dalam waktu belum ada sepekan dia mengirim pesan kepada saya, dia meminta tolong mencarikan pekerjaan. Saya beritahu alamat online, banyak lowongan kerja. Eh, dia minta, suami saya yang mencarikan langsung.

Kaget lah saya dengan sikap demikian. Kenapa sih jadi bikin bibir ini pingin manyun? Salah saya juga kenapa dilayani? Ungkapan ini kerap menghantui saya. Mendadak saya merasa kurang tegas. Tidak berani menegur. Duh. Sungguh, saya berusaha menahan diri agar banyaknya pertanyaan berbumbu keanehan rasa tidak mbrojol begitu saja dari pikiran. Sabar ... sabar ... ini bulan puasa.

Saya pun membagi pengalaman ini ke beberapa teman. Beneran takut, jika menyinggung perasaan orang. Apalagi, ketika tiba-tiba dia bilang mau pinjam pulsa. Saya menjawab, "Maaf, saya jarang isi pulsa." Dan ini waktunya sudah malam.

"Kalau begitu, pinjam kuota, Ukhti. Nanti mengembalikannya saya serahkan ke masjid, untuk tabungan di akhirat."

Astaghfirullah ...

Begini kah cara Allah mengingatkan saya untuk sedekah?

Cara macam apa pula ini, pinjam, kok mengembalikannya ke masjid?
Artinya, dia memaksa saya untuk sedekah?
Apa demikian?

Untuk bahan pertimbangan, saya meminta foto padanya. Dia bilang nanti, dan itu sangat lama, baru foto dikirim. Saya kirimkan foto itu ke orang yang sedikit banyak bisa menganalisa wajah. Dia menyarankan saya untuk meblokir. Saya pun berpikir ulang, mencari jawaban dari hati apakah saya akan memblokirnya atau tidak. Saya timbang-timbang, dan ini alasan yang menguatkan saya untuk memblokirnya :
1. Dia tidak sopan.
2. Dia terlalu ingin tahu kehidupan pribadi saya.
3. Pertanyaan dan chat nya yang tak kenal waktu, membuat saya tidak nyaman.
4. Saya jadi mulai buruk sangka, sejak dia datang, padahal sudah berulang kali itu saya tepis.
5. Hati saya tidak tenang saat berinteraksi dengannya.
6. Saya butuh privasi, kenyamanan, ketenangan, meski dalam dunia maya. Ada yang bisa dikonsumsi  publik, ada juga yang hanya boleh diketahui keluarga saya dan DIA.

***

Bagi saya, dunia maya tak ubahnya dengan dunia nyata. Saya pegang ini sejak pertama kali mengakses media sosial. Ada etika ketika belum kenal, bahkan etika SKSD (sok kenal sok dekat) sekali pun. Ada seni sebagaimana kita bertemu dengan orang baru di dunia nyata, pada saat bertemu akun/orang yang belum dikenal di dunia maya.




Comments

  1. Berinteraksi di Dunia maya memang kudu ekstra hatihati ya mbak

    ReplyDelete
  2. selalu ada yang aneh-aneh saja, baik di dunia maya maupun dunia nyata

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara