Dari Reuni, Mudik, Hingga Silaturahmi

Foto dari teman alumni MWI
(Madrasah Wathaniyah Islamiyyah) Kebarongan, Banyumas.

Iedul Fitri kerap identik dengan kata Reuni, Mudik, dan Silaturahmi. Ketiganya, untuk tahun ini memiliki cerita tersendiri bagi saya.

A. REUNI.

Sudah lama, grup wattsap yang beranggotakan alumni MWI angkatan tahun 1999 membuat rencana untuk bertemu. Reuni, demikian nama akrabnya.

Mungkin ini satu di antara efek positif kemajuan teknologi, bisa mengumpulkan orang dengan cepat, dalam waktu relatif singkat. Pembicaraan dengan orang jauh menjadi obrolan yang terasa dekat.

Reuni-reuni bisa direncanakan, kemudian dilaksanakan. Bisa cepat, atau lambat. Resmi atau setengah resmi, bahkan dalam suasana santai.

Kabar via grup wattsap memberitakan bahwa reuni angkatan 99 itu bakal dilaksanakan di rumah seorang kawan. Pengantin baru, katanya. 

Terus, bagaimana dengan saya yang baru bisa menekuri ruang chat? Melihat huruf-huruf yang beraura bahagia menatap perjumpaan? Di mana hati mereka mungkin sedang membalurkan wangi-wangi rindu, sedang saya masih duduk di antara tumpukan planing lain. Yang berbeda. Yang tak bisa hadir di antara mereka?

Perihal reuni ini, ada beberapa hal yang bisa saya petik, meski saya hanya menatap chat teman-teman dalam euvoria. Di antaranya : 

1. Mengetahui ada teman yang sedang berbahagia, karena baru menikah. Setiap melihat foto atau pasangan pengantin baru, saya merasa jadi pengantin baru juga. Wkwkwk. Dan tentu saja masih tetap dengan pasangan yang sah.

2. Melihat perubahan teman-teman, tak sebatas bentuk badannya tentu saja. Maaf, khusus bagian ini tak perlu ditanggapi terlampau serius. Yang jelas, senyum mereka tambah bijak.

3. Mendapatkan energi positif dengan melihat foto mereka. Walaupun kondisi masing-masing berbeda, namun kebersamaan membuahkan satu kata yang mewakili; silaturahmi. 

4. Memaafkan diri sendiri yang belum bisa ikut hadir, bertemu, dan berkumpul. Sebab merasa bersalah hanya membebani hati dengan masalah. Dibuat enjoy saja, mungkin demikian kalimat yang tepat.

B. MUDIK.

Reuni alumni MWI '99 itu tak lepas dari kata mudik. Kebetulan, lokasi kumpul ada di tempat yang dekat dengan sekolah kami. Banyak juga yang berasal dari sana, pas mudik, mereka bisa datang dan melepas 'kangen' satu sama lain. 

Banyak juga teman yang lokasi rumah orangtuanya jauh, namun masih bisa hadir. Dan tentu saja, mereka juga mudik. Reuni sudah menjadi planing yang mereka wajibkan. Mungkin. Hahaha. Banyak mungkin dari tadi. Ya karena semua hal, bagi saya serba mungkin. Seperti Anda yang tersenyum saat ini. Mungkin. *emo kedip.

Saya sendiri kalau mudik jauh dari lokasi reuni. (Eh alezan!). Keluarga saya berasal dari Cilacap, suami dari Madura. Lokasi reuni di Banyumas. Hehehe. Jauh, kan?

3. SILATURAHMI.

Reuni dan mudik, keduanya sama-sama bisa jadi ajang silaturahmi. Tapi, untuk bersilaturahmi tidak harus menunggu mudik dulu, atau reuni dulu. Bisa kapan saja, dengan siapa saja, selama masih muslim.

Ngomong-ngomong tentang silaturahmi ini, ada satu cerita yang masih saya ingat dengan baik. Seorang ustadz di sekolah kami, sangat menjaga silaturahmi. Tak peduli jarak dan waktu tempuh menuju tempat bertemu, beliau biasanya hadir ke rumah seseorang yang punya hajatan, pas datang ke suatu tempat lalu ada yang dikenal, atau bila ada yang sakit.

Mbah Adnan Rois nama beliau. Saat ini usia beliau sudah jauh dari 75 tahun. Beliau bahkan datang saat saya sakit, dan beberapa tahun kemudian datang juga saat saya menikah.

Kadang, saya juga merasa tersindir bila mengingat Simbah (panggilan saya untuk Mbah Adnan Rois). Termasuk ketika belum bisa ikut kumpul dengan teman-teman saat reuni. Namun Alhamdulillah, saya segera sadar, tahu diri akan posisi sebagai istri. Ridho dan kepatuhan pada suami lah yang bila ikhlas akan lebih menenangkan. Semoga saja pada saatnya nanti akan ada kejutan pertemuan lain, yang mewujud. Amin.

Tulisan ini diketik di hp Samsung J 1 S. Hp yang mulai rewel, tapi alhamdulillah bisa untuk ngetik.

Ini adalah tulisan terakhir dari keikutsertaan saya di #Nulis Random2017.








Comments