Mencintai Saudara Seiman Seperti Mencintai Diri Sendiri

dari pixabay
 Tidak sempurna iman seseorang di antaramu 
hingga mencintai saudaranya 
seperti ia mencintai dirinya sendiri.
( HR. Bukhari – Muslim)
Apa yang kamu pikirkan bila mendengar kata cinta?
Hmm, hati-hati bila senyum sendiri lalu ada yang memergoki bisa salah arti. Apalagi kalau cemberut pagi-pagi karena merasa patah hati! Bisa-bisa yang lihat bergerak menepi.

Wikipedia memberi bocoran bahwa cinta itu suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya.

Sedangkan KBBI menawarkan empat makna yang bisa dipadankan dengan konteks; suka sekali (sayang benar), kasih sekali (terpikat), ingin sekali (berharap sekali/rindu) dan susah hati (khawatir/risau). 

Kita kerap memaknai kata cinta hanya milik hati yang berbunga-bunga, Menatap sosok nan rupawan penuh pesona. Bila ada kecewa langsung merasa diri orang paling merana, seolah ingin mengasingkan diri ke ujung dunia. Sudah gitu mengaku orang beriman pula!

Cinta di sini juga bermakna; bila kita senang, rida dengan apa yang dianugerahkan pada saudara kita. Tidak iri, dengki serta ingin berbagi eksis bersamanya.

Maksud kata saudara dalam hadits ini bukan mereka yang memiliki hubungan darah dengan kita. Mereka itu seluruh muslim  di muka bumi.
pixabay


Nabi SAW mengatakan bahwa : “Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad. Apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur (HR. Muslim)
 Kadang kita bertanya, bisa enggak sih?


Kalau orangnya berparas sederhana (tolong jangan katakan jelek, ya?) kadang bikin dongkol mana suka hutang pada kita lagi! Enggan rasanya cinta sama makhluk begitu. Iya, enggak?


Bila persoalannya demikian. Kita sedang ditantang Sang Maha Rahman untuk membuktikan cinta kita sebagai hamba. Meluruskan cinta pada sesama hambanya. Bukti cinta satu di antaranya adalah perjuangan. Kalau sahabat kita sering bikin sakit hati, tugas kita mencintainya dengan cara membimbing. Kata membimbing enggak harus dimaknai dengan menggurui. Bolehlah kita beri dia perhatian, tunjukkan bahwa kita tetap baik meski dia jahat. Kita memberi kesempatan padanya untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Bagaimana kalau dia tetap begitu?

Yah! Kita keluarkan jurus kedua. Bergaul seperlunya. Mengingatkan dengan lisan. Soalnya kalau lengket-lengket sama teman yang berkarakter kurang baik. Bisa juga menular, apalagi kita masih suka ikut-ikutan. Dengan begini semoga dia bisa introspeksi, kenapa kita seperti menjaga jarak?

Lalu kalau tetap bandel?

Ini sepertinya akan aman dengan jurus pamungkas. Memperingatkan diri kita sendiri untuk menghindari sifat-sifat yang buruk.  Tetap sayang dalam bersosial dengan mereka yang alfa, namun tidak mendukung  amalannya.

Mulai dari mencintai diri sendiri. Akan menjadi sangat tidak masuk akal bila kita tidak acuh pada diri sendiri, namun memberi cinta pada orang lain. Berarti ada PR baru. Cintai diri sendiri dulu, baru mencintai saudara kita. Apakah kamu siap?

Ada  lima hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan cinta pada saudara karena Allah :
1.    Mengucapkan salam dan menjawabnya
2.    Bertutur kata yang baik dan bermanfaat
3.    Mengajak pada kebaikan
4.    Saling menasihati
5.    Mengingatkan kematian

Mau menyempurnakan iman dengan cinta? Semoga kita bisa! In sya Allah.
pixabay


Berikut ada bonus sepuluh pertanyaan yang akan membantu kamu sedikit merenung :

1.    Apa aku mencintai diri sendiri?
2.    Apa aku mencintai saudaraku?
3.    Bagaiman aku buktikan cinta itu?
4.    Apa persoalan yang kutemui?
5.    Siapkah aku ketika cinta tak selalu berbalas kebaikan?
6.    Mampukah menularkan cinta pada sesama teman sebagai cinta seorang yang beriman?
7.    Apa aku termasuk enggak peduli?
8.    Siapa sih yang sudah aku cintai karena-Nya?
9.    Bagaimana memupuk cinta agar tetap lebat dan selalu merah muda?
10.    Siapa dan apa tujuan akhir hidup kita? 
Dari berbagai sumber.

Comments