Saya, Mamah, dan Kisah yang Entah


 dan Mamah 6 tahun lalu. Foto untuk Perkealan yang Gagal

Foto di atas, bukan jepretan baru. Namun, setiap kali melihatnya ada syukur yang menyelinap begitu hebat. Rasa yang menjalar seiring hangatnya aliran darah, dan harapan yang kian membuncah. Demi menapak masa depan indah yang lebih cerah.

Tujuh puluh dua purnama karam. Saya berada dalam titik gundah dalam sebuah harapan yang biasa menyemat di hati para jomblo; menikah. Saat itu, begitu yakinnya saya akan berkenalan dengan orang yang jauh dari rumah. Buat foto, nanti bakal dilihat ibunya. Akan ada pertimbangan apakah saya layak, atau enggak sebagai wanita pilihan.

Jadilah saya dan mamah yang tinggal di pelosok, naik ojek ke kecamatan demi satu jepretan. Siang itu, sepulang dari kantor, saya langsung ganti pakaian dan mamah sudah siap-siap. Untuk pertama kalinya saya mengerjai orangtua sampai foto ke studio. Padahal, saat itu sudah punya HP dengan kamera ala kadarnya. Tapi, saya ingin hasil yang maksimal. Mamah pun menuruti apa yang menjadi usul putrinya ini.

Kisah foto berlalu. Ternyata apa yang diprediksikan tak semulus kenyataan. Seorang wanita yang mengaku dekat dengan si laki-laki yang ingin kami kenal, memporakporandakan embun di hati saya. Membuatnya mendidih, dan dengan kesadaran penuh, saya lepaskan harapan itu. Ya, sudah. Menemu jodoh memang tak segampang menemu mangga di musim berbuah.

Dengan peristiwa itu, saya memiliki dua hal untuk dijadikan introspeksi. Hal pertama adalah mengoreksi jiwa untuk lebih hati-hati dalam berkenalan, percaya, sekaligus menaruh harapan dengan laki-laki. Hal selanjutnya, yaitu Alhamdulillah, saya dan mamah jadi punya foto berdua yang nyaman dilihat. Enggak bagus banget sih, tapi juga enggak terlalu jelek, kan?

Alhamdulillah saat ini sudah menemu jodoh, mudah-mudahan dunia akhirat. Tidak terlalu ribet dalam menggelar syarat, dan mudah-mudahan kami selalu dalam bimbingan-Nya dalam melangkah, diingatkan kala lengah. Sebab selalu ada yang mudah setelah melewati sesuatu yang susah.

Cerita saya sebatas itu, njeh, Pakdhe Abdul Cholik. Salam sungkem kagem ibunda tercinta. Salam santun kagem Pakdhe sekeluarga. Betapa indahnya bisa bersama dengan ibunda di banyak kesempatan. Semoga para ibu dimudahkan jalan menuju Ridlo-Nya. Mudah-mudahan kita sebagai anak senantiasa mencurahkan do'a-do'a terbaik untuk menapaki jejaknya. 

Tuhanku ...
Limpahkan sayangMu pada ibu
Melebihi limpahan kasihnya saat kami kecil
Mudahkan apa yang menjadi kesulitannya
Lancarkan apa yang menjadi penghalang iktikadnya
Kau segala cinta
Yang tetap iringi langkah

Comments

  1. Tidak apa-apa Mbak, ketika ada kegagalan akan ada balasan yang lebih indah. Allah akan mengantikannya dengan orang yang lebih baik. ^_^ Dan setidaknya dari kisah entah membuat memiliki kenangan dengan yang sang mama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah. Dia selalu ingin hamba-Nya menjadi terus lebih kuat. Dia paling tahu caranya, melebihi tahunya saya pada diri sendiri.

      Delete
  2. wah banyak giveaway ttg ibu ya....
    Heheh jadinya malah punya foto breng ibu ya mbaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kah? Hikz. Lagi kena virus jarang BW. Baru tahu. Entar cari info ah.

      Delete
  3. wah banyak giveaway ttg ibu ya....
    Heheh jadinya malah punya foto breng ibu ya mbaa

    ReplyDelete
  4. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam GA Sehari: Aku dan Ibuku
    Sudah didaftar
    Salam hangat dari Jombang

    ReplyDelete
  5. cerita yang sangat berkesan ya Mbak. manusia memang hanya bisa menjelajah pada zona usaha, hasil merupakan domainnya Alloh

    ReplyDelete
  6. Jadi kangen ma ibuuukuuuuh.... hiks

    ReplyDelete
  7. Ya ampun. Sinyaaaaal... sampe numpuk gini komennya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga kangen mamah. Ih, gpp, malah jadi banyak ya komenannya. Hehe.

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara