Big Buck Bunny, Kelucuan yang Tak Pantas ditertawakan

Long Life Education, Big Buck Bunny
Sumber
Berawal dari suami yang membawa pulang film ini, anak-anak jadi ketagihan menontonnya. Karena penasaran, saya menyempatkan ikutan nonton. Oh, Big Buck Bunny? Saya cermati di bagian mana kedua anak saya ini tertawa. Beberapa waktu setelah selesai, saya bisikin suami, "Bi, filmnya ganti saja. Cari yang aman untuk anak-anak."

Dengan santai suami balik bertanya, "Kenapa emangnya?"

Sebelum saya mengarah pada alasan di bagian mana film ini kurang aman bagi anak-anak, bahkan bisa jadi berbahaya.  Kedua anak saya terbahak-bahak dan menirukan gerakan si kelinci besar putih itu saat menggaruk pantat. Oke, ini masih saya anggap aman. Selanjutnya, saya tetap bertekad ikut nonton serta membuat penandaan di bagian-bagian kedua anak saya tertawa.

Film dimulai dari seekor kelinci besar yang bangun tidur. Dia melihat seekor kupu-kupu, lalu mengejarnya. Saat sedang riang-riangnya mengejar, ada tiga binatang lain yang iseng. Mereka membully dengan cara melempar Big Buck Bunny dengan berbagai macam buah, dan juga membunuh kupu-kupu.

Tga binatang yang Membully
Sumber
Sampai di situ saya sudah mendapati bahwa yang ditertawakan anak-anak bukan hal yang lucu. Tapi mereka tertawa karena suguhan visual jenaka yang menarik. Misalnya saja melempar aneka buah. Secara tidak langsung ada dua keburukan yang dipertontonkan dalam adegan ini. Pertama, makanan yang dilempar, kedua membully.

Pada saat tiga tokoh yang membully Big Buck Bunny membunuh kupu-kupu, anak-anak sudah diberi tontonan kesadisan. Tidak ada yang memerintahkan membunuh binatang indah itu, apalagi bertujuan untuk mengerjai orang lain. Menyakiti binatang untuk menyakiti yang menyayangi binatang. Sadis.

Film berlanjut dengan rasa tidak terimanya Big Buck Bunny. Dia pun melatih fisik, dan menyiapkan diri untuk melakukan pembalasan. Sebuah strategi disusun. Rencana yang bila sukses akan membuatnya puas dan bahagia melihat orang yang membullynya sengsara.

Rencana sungguhan berjalan lancar. Tikus terbang dibuat mainan; layang-layang pada ending cerita. Bahkan, saking ngenesnya, saat terbang sebagai layang-layang, ada seekor burung lewat dan buang hajat persis di atas kepala.
Menyiapkan balas dendam
Sumber
Membalas kejahatan dengan kejahatan bukan hal yang mulia. Bila dilihat dari kacamata agama Islam, ini sungguh memprihatinkan. Ajaran yang dianjurkan yaitu memaafkan, sebagaimana terdapat pada sebuah riwayat : "Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah berkurang harta seseorang karena bersedekah, Allah tidak menambah bagi seseorang yang memaafkan orang lain kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu` karena Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim . 4/2001. No. 2588).

Janji yang diberikan Sang Pencipta untuk mereka yang bisa memaafkan adalah kemuliaan. Ah, bahkan saya sendiri pernah mengalami, ketika ada yang berkata kasar, saya menahan diri dan membiarkan orang tersebut sampai merasa puas. Pada lain kesempatan, orang tersebut meminta maaf. Dan saya pernah mengalami juga yang sebaliknya, saking kesalnya saya ngomel sampai bibir kesemutan, alhasil, keesokan hari saya menyesal. Saya pun mengobati penyesalan selain istighfar dan berupaya tidak mengulangi hal yang sama terjadi.  Dengan ganjaran, saya terus menyesal bila mengingatnya. 

Kembali ke film. Anak-anak seusia Maisan (4 tahun lebih), dan adiknya (2 tahun lebih) masih meniru apa yang dilihatnya. Dan, saya terkejut ketika mereka mempraktekkan apa yang dilihat di Big Buck Bunny. Memang tidak separah isi film, tapi ini membuat saya makin waspada. 

Saya merasa sudah aman ketika anak-anak tidak sering menonton TV, tapi ternyata butuh kerjasama juga dengan suami. Terutama bila akan mendownload film yang dianggap tontonan anak-anak. Mari, Sayang, lihat dulu sampai detail, baru putuskan untuk membawanya ke rumah.  (Eh, yang terakhir tentu ajakan saya pada suami. Tapi, Anda pun boleh. Oops).

Postingan bebas Liga Blogger Indonesia

 



Comments

  1. Waah, aku baru tahu ada kartun ini mba. Kok ngeri yaa, bukannya lucu malah terkesan sadis. Tayangan masa kini memang harus lebih selektif lagi ya dalam memilih, apalagi kalau untuk anak-anak. Anak-anak sekarang kan sangat aktif, mudah penasaran dan meniru.

    @gemaulani

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tepat. Menirunya lebih banyak, namanya juga anak-anak. Kadang saking sibuknya orangtua, sebatas baca judul lalu ambil. Belum tahu bagaimana isinya.

      Delete
  2. Memang untuk saat ini kita sebagai orang tua harus benar2 bisa memilah dan memilih tontonan apa yang cocok bagi anak kita, Alhamdulillah saya sendiri udah kurang lebih 3 tahun tidak nonton TV lagi. Paling cari sourcenya di YouTube, kemudian download dan masukkan dalam flashdisk langsung colokkan ke TV. Jadi hari2 anak saya nonton filmnya itu-itu aja Mbak. :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Big Buck Bunny kayaknya belum ada di TV. Ini di youtube juga. Wah, saya ambil tipsnya. Tapi, anak saya juga jarang nonton TV sih. Mereka dapat hasil download dari internet abinya.

      Sukses selalu untuk tips parentingnya.

      Delete
  3. ow itu sungguh tidak patut Mbak. buatan mana sih itu?

    memang betul, orang tua harus nonton dulu filmnya. paling tidak tahu garis besar filmnya dan tahu apa saja yang bisa dikategorikan sebagai tidak pantas ditonton anak. tfs Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Big Buck Bunny (codename Peach) adalah film komedi animasi pendek dari Blender Institute, bagian dari Blender Foundation.[4][5] seperti film sebelumnya dari yayasan yang sama, Elephants Dream, film ini dibuat menggunakan Blender, aplikasi software gratis untuk animasi yang dibuat oleh yayasan yang sama. Film ini dirilis sebagai Film sumber terbuka dibawah atribusi lisensi Creative Commons (Wikipedia)

      Delete
  4. inilah permasalahan yang timbul sekarang ini. Terutama para anak2 yang belum mengenal ini itu

    ReplyDelete
  5. Semacam senjata pikiran. Tapi, memang seiring perkembangan, kartun itu lebih dinikmati oleh orang dewasa ketimbang anak2. Karena dari nalar berpikir jg belum saatnya. Ya cuma kalo mereka nonton, bisa bahaya buat alam bawah sadarnya. :(


    Salam kenal Mbak dari grup C!

    ❀ Diary Khansa by Funy ❀ www.diarykhansa.com ❀ Twitter: @tehpocii ❀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, orang dewasa yang merasa butuh hiburan lucu, namun di rumah, anak-anak tetap dianggap sebagai konsumen film kartun. :)

      Salam kenal balik @KMubarokah

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara