Panduan Praktis Menjadi Pendongeng yang Piawai



[Resensi Buku Asyiknya Mendongeng!] 

 

 
 
Judul : ASYIKNYA MENDONGENG! Dari Nol Sampai Mahir
Penulis : Kak Adin
Penyunting : Yunisa
Proof Reader : Dwi
Desain Sampul : Supriyanto
Penerbit : Citra Media Pustaka
Terbit : 2015
Tebal : 114 halaman
ISBN : 978-602-8508-01-8
Peresensi : Khulatul Mubarokah; Ibu Rumah Tangga, Pengasuh Panti Asuhan, Penikmat Story Telling.

Buku bersampul biru ini ditulis langsung oleh seorang pendongeng. Membacanya membuat kita seolah belajar langsung dengan beliau. Penulis mengawali pembahasan dengan Pengertian Cerita dan Macam-macamnya.
Serangkaian peristiwa baik nyata atau fiksi bisa diartikan dengan cerita. Cerita nyata dibagi menjadi dua : Sejarah dan Biografi. Sedangkan cerita fiksi dalam buku ini dibagi menjadi 5 kategori : Legenda, Mite, Fabel, Sage, dan Epos. (hal.2-4).
Penulis mengklasifikasi cerita berdasar penyajian, tempat, dan kepentingan. Berdasarkan cara penyampaian, cerita dikategorikan menjadi 6 : tutur murni, pantomim, operet, puisi, sandiwara/drama, dan monolog. Sedangkan menurut tempat, ada cerita pengantar tidur, kelas, dan panggung. Ditambah menurut kepentingan, terdapat : cerita motivasi, hiburan, terapi, serta promosi. (hal.6-8).
Pembahasan berlanjut ke manfaat cerita. Dalam buku ini penulis mengulas manfaat cerita bagi : pencerita, pendengar, spiritualitas/agama, lingkungan, serta agama. (Bab 2). Bagi pencerita sebenarnya dia sedang menasihati diri sendiri, mengasah pikiran, dan juga mengeratkan hubungan.
Dengan bahasa ringan, serta mudah dipahami pembaca awam sekali pun, penulis memberikan tips sederhana tentang cara membuat cerita (Bab 3). Dengan demikian diharapkan para orangtua/pencerita bisa membuat cerita sendiri sambil mengembangkannya sesuai kebutuhan audiens.
Dalam bab ini dipaparkan 4 model membuat cerita : dengan memakai rumus 5W+1H, mind maping, memakai kata sambung lalu dan mengapa, mendetailkan jalan cerita, dan menggambar objek  cerita. (hal.17-22).
Masih dengan bahasa yang santai, penulis menguraikan sistematika dalam bercerita, cara menyajikan cerita, spesifikasi audiens, bercerita di media, serta problem dan solusi (hal 23-54).
Dalam mendongeng, ada saja masalah yang muncul. Baik masalah intern (yang datang dari diri pencerita) atau persoalan ektern (dari luar pencerita).
Masalah pertama bisa meliputi : tidak percaya diri, tidak bisa akting, atraktif, lincah, kesulitan mengubah-ubah suara, khawatir lupa alur cerita pas di tengah-tengah, waktu, atau mungkin karena merasa perempuan, juga sakit/lelah, masih kecil, atau sebaliknya—terlalu tua. (hal. 54-60).
Persoalan kedua berupa : tidak diperhatikan audiens, ada yang menangis ketika sedang bercerita, anak lebih tertarik melihat badut, pembagian snack saat berlangsungnya cerita, mati listrik, tiba-tiba hujan, ada anak yang selalu menanggapi cerita, waktu habis sebelum cerita tuntas, ada adzan waktu mendongeng, dan bagaimana bila ada audiens yang tertawa berlebihan? Semua dijabarkan berdasarkan pengalaman, sehingga kita tidak dibawa berkhayal, tapi diajak merenung, berupaya, dan mengantisipasi hal-hal yang kurang diinginkan saat mendongeng.
Empat bab terakhir dalam buku ini berisi tantangan, tips lain dan bonus. Tantangan untuk mengikuti lomba mendongeng, dan bonus cerita. Penulis juga megenalkan pembaca pada para pencerita. Di antaranya : Kak RUA Zainal Fanani, Pak Soekanto, Kak Bimo, dan lainnya. (hal.75-78).
Buku juga dilengkapi contoh cerita serta VCD yang dapat digunakan sebagai panduan untuk bercerita. Ada kisah Kancil dan Anak Harimau, Anak Kucing yang Bandel, Kucing dan Anjing, serta empat cerita seru lain. Mari budayakan mendongeng, dan biarkan anak-anak kita membuka imajinasi seluas-luasnya. Selamat membaca.

 

Comments

  1. Pengen juga bisa mendongeng, cuma harus sering berlatih di depan orang banyak ya agar mahir :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, saya sekarang pendongeng otodidak yang hanya dinikmati anak-anak sendiri (balita), Mbak Hidayah Sulistyowati. Dulu waktu belum nikah pernah mendongeng untuk anak-anak yang jangankan membeli buku, orangtuanya beli beras saja susah. Di-Pede-pedein, saya, Mbak. Muka kayaknya sudah setebel tembok berlin.

      Delete
  2. Alhamdulillah... terimakasih banyak, semoga menjadi amal jariah.aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Kak Adin. Mudah-mudahan barokah. Aamiin.

      Delete
  3. Duh paling nggak bisa mendongeng. Itu job desc suami hihiiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, asyik, ya, Mbak Luri T. Bisa belajar langsung ke suami.

      Delete
  4. memang tidak semua orang bisa menjadi pendongeng yang baik ya mbak Khayla...kadang pas mendongeng anak-anaknya malah pada ngantuk atau ngobrol sendiri...

    * belajar memang satu-satunya cara untuk bisa mahir baik secara otodidak, tutorial semacam ini maupun ada gurunya... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau memang dongengnya untuk mengantar tidur, ngantuk sangat diharapkan. Hehe. Keep spirit.

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara