Sisi Lain Salman Al-Farisi (1)

Maaf, gambar sengaja enggak match

Bismillah.
Assalamu'alaikum, Adik-adik ...
Mohon maaf, Kakak datang terlambat hari ini. Sesuai janji, setelah selesai mengaji, Kakak akan bercerita tentang kelanjutan kisah Salman Al-Farisi.
Masih ingat kisah kemarin tentang perjuangan beliau mencari agama Islam? Sekarang, Kakak akan bercerita tentang kesederhanaan Salman Al-Farisi.

Umat Islam pada waktu itu mengalami kejayaan. Panji-panji Islam berkibar di berbagai sudut. Harta benda membanjiri Madinah yang menjadi pusat pemerintahan. Harta itu dalam bentuk fa'i atau jizyah. Pembagian harta tersebut diatur berdasar ketentuan Islam. Negara pun mampu memberi gaji serta tunjangan tetap. 

Lalu

Di mana Salman Al-Farisi pada saat itu?
Apakah beliau mengajukan diri sebagai pegawai dan mengambil tunjangan juga?

Subhanallah.
Ternyata ada seorang laki-laki sedang duduk di bawah pohon. Beliau sedang menganyam, membuat keranjang atau bakul. Jubahnya sangat pendek, hanya sebatas lutut. Beliau lah Salman Al-Farisi. Beliau memang mendapatkan tunjangan sebesar empat sampai enam ribu dirham setahun. Dan semuanya dibagi-bagikan hingga habis. 

Bagaimana hidupnya dan makannya?
Salman Al-Farisi mengambil uang satu dirham uang sebagai modal membuat anyaman. Setelah jadi, beliau menjualnya seharga tiga dirham. Hasil penjualan itu dibagi tiga : satu dirham untuk modal lagi, satu dirham dipakai untuk makan, dan sisanya untuk bersedekah. 

Luar biasa!

Adik-adik ...
Kadang kita merasa kurang bagus dengan baju yang dimiliki. Atau masakan ibu terasa kurang enak. padahal, bacalah kisah Salman Al-Farisi ini. Betapa beliau sangat bersahaja. Zuhud, begitu istilahnya. Beliau rela hidup sangat pas-pasan, padahal sebelumnya, beliau berasal dari keluarga yang kaya raya. 

Apa ada yang masih suka ngambek kalau orangtua tidak membelikan barang yang diinginkan? sebaiknya mulai saat ini kita belajar dari Salman Al-farisi. Jika baju yang kita pakai masih bagus, tidak perlu minta baju baru secara mendadak dan memaksa. 

Yah? Gimana?
Wah, ada yang minta sepeda sampai nangis guling-guling? 

Mungkin  saja ayah atau ibu belum memberikan permintaan kita karena belum ada uang, atau sedang ada kebutuhan yang sangat penting. 

Oh, iya. Coba deh kalau diberi uang jajan, jangan semua dibelikan jajan. Sisihkan sebagian untuk ditabung, siapa tahu kalian juga bisa berbagi dengan teman lain seperti Salman Al-Farisi.

Ini baru satu kisah kesederhanaan beliau setelah Islam jaya, ya? 
In Sya Allah dilanjut lagi besok.
Gimana?
Masih semangat, kan?

Sip deh.
Kakak mau sepulang dari sini nanti, tolong ceritakan kisah ini pada ayah dan ibu, ya? 
Jangan lupa tanya pada mereka, apa sih fa'i dan jizyah itu?

Comments

  1. Pas banget nih si kakak minta beli sepeda lipet. Sepeda mininya ga ga mau dipakai lagi.
    *nariknapas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, keren juga permintaannya. Anak saya sudah mirip tukang bengkel. Sebentar-sebentar seedanya tambah assesoris-bongkar-pasang lagi.

      Delete
  2. masyaAllah keteladanan Salman Al Farisi masih relevan hingga saat ini

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara