Sang Pencari Kebenaran Sejati (2)

Assalamu'alaikum, Adik-adik ...

Terima kasih, ya kemarin sudah menjenguk Kakak. Berkat do'a kalian, hari ini Kakak bisa datang lagi. Sesuai janji, Kakak akan melanjutkan kisah .... Siapa, ya? Ada yang ingat? Iya! Salman Al-Farisi.

Akhirnya Salman Al-Farisi sampai juga nih ke Mosul. Beliau langsung bertemu dengan orang yang dimaksud uskup. Mereka pun tinggal bersama sampai anak sang uskup meninggal dunia. Berarti agama Salman Al-Farisi masih? Yess! Masih Nasrani.

Seperti sebelumnya, Salman Al-Farisi kembali bertanya, "Siapakah yang harus kuikuti?"

"Ada orang yang saleh tinggal di Nashibin."

Tidak berbeda dengan peristiwa sebelumnya. Orang yang diikuti menemui ajal, dan Salman Al-Farisi mengulangi tanya, "Siapakah yang harus kuikuti?"

Wah

Kebayang kan, Adik-adik. Kalau kita mencari sesuatu enggak ketemu-ketemu bakal gimana?

Apa?

Nah, tuh. Ada yang ngambek.

Apa?

Bosan?

Ya-ya-ya. Biasanya memang demikian. Tapi, tidak dengan Salman Al-Farisi, beliau diminta menghubungi seorang pemimpin di Amuria (Ada di jalur kafilah dagang Mosul dan Syam. Jauhnya 6 hari perjalanan memakai unta).

Di sana lah Salman Al-Farisi menjadi seorang peternak sapi. Ada yang punya tetangga, saudara, atau simbah punya sapi? Setidaknya begitulah yang dilakukan Salman Al-Farisi. Alangkah panjang perjalanan beliau, ya?

Sampai di sini orang yang diikuti Salman Al-Farisi pun menemui ajal.

"Siapakah yang engkau wasiatkan supaya aku bisa mengikutinya?" tanya Salman Al-Farisi pada gurunya.

Sang guru menjawab, "Anakku, tidak ada seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya. Tetapi, sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan serang nabi yang mengikuti agama Ibrahim Al-Hanief. Dia akan hijrah ke tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu hitam. Seandainya kamu mau pergi ke sana, temuilah dia. Ada tanda-tanda yang jelas, yaitu : ia tidak mau makan sedekah(1), bersedia menerima hadiah(2), di pundaknya ada cap kenabian(3). Bila kamu melihat cap itu, kamu pasti mengenalinya."

Ada yang bisa menebak nabi siapa kah itu?

Karena rasa penasaran yang besar dengan kebenaran, Salman Al-Farisi rela menyerahkan sapi-sapi dan kambing-kambingnya kepada sebuah rombongan. Mereka adalah orang-orang yang datang dari Jazirah Arab. Mereka pula yang mengantar Salman Al-Farisi ke sana.

Sampailah rombongan ke Wadil Qura. Alangkah malang nasib Salman Al-Farisi, ternyata orang-orang tadi menganiaya dengan cara menjual sebagai budak pada orang Yahudi. Coba apa yang Adik-adik rasakan! Tidak punya harta ... dan dijual sebagai budak. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raaji'uun.

"Ada pohon kurma? Apakah ini tempat nabi yang dimaksud guruku?" batin Salman Al-Farisi penuh harap.

Kira-kira, itu tempat nabi yang memiliki tiga tanda apa bukan, ya?

Tunggu kelanjutannya besok lagi. Mohon maaf kalau suara Kakak masih serak. Mungkin karena Kakak terlalu banyak makan gorengan. Bagaimana? Semua sehat? Alhamdulillah. Sepakat, ya lanjut besok?

Eh, biasa nih. Tanya ya sama bapak-ibu, Wadil Qura itu di mana?

Tulisan ini untuk anak usia 7 tahun. Tugas yang diberikan bukanlah beban untuk anak-anak, namun merupakan bentuk komunikasi dengan orangtua. Mau tidak mau jika mereka bertanya, orangtua akan bertanya tentang ceritanya. Diharapkan ada timbal-balik antara anak dan orangtua, jadi mengenal sahabat nabinya bisa sekaligus bersama-sama.

Semoga bermanfaat


Comments

  1. Kakak, aku mau gorengannya duns

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eit, sebaiknya sedikit saja ya, Adek. Nanti ikutan suaranya hilang, lho ...

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara