Pentingnya Mental Juara untuk Seorang Karateka

My Little Son
 Karena menuliskan praktek adalah kesulitan tanpa adanya video. Saya memilih menulis random yang ada hubungannya dengan Karate. Terutama sekali yang berbau motivasi gitu. Ya, mudah-mudahan bermanfaat. Aamiin.

Tulisan berikut saya ungkapkan berdasar pengalaman selama aktif menjadi karateka. Karena hamil, melahirkan dan menyusui, saya mengurangi aktivitas ini. Saat anak pertama berusia satu tahun sebenarnya sudah aktif latihan lagi. Namun, sekarang anak sudah bertambah, latihan sendiri sih sudah. Tapi untuk ke lapangan, saya menunggu timing yang tepat. Edisi curhat.

Pelatih saya sering memberi motivasi dengan gayanya, "Mentalmu itu kerupuk. Kalau baru latihan sedikit saja sudah mengeluh." Atau kadang-kadang beliau bilang, "Gerakan curi-curi kesempatan. Tenaga sama kecepatannya enggak singkron!" 

Sebenarnya saya paham, bahwa pelatih saya itu sedang mengatakan, "Ayo dong lebih semangat lagi. Gerakannya yang full power. Masa lemas gitu?"

Apa sih hubungannya cerita saya dengan mental juara?
Apa kalimat itu hanya dimiliki mereka yang menang pertandingan di atas tatami (matras) saja?

Bukan.

Mental juara bukan hanya untuk mereka yang berkalung medali dalam satu laga di lapangan. Namun, jika kamu adalah sosok yang rendah hati, berorientasi pada tujuan tanpa ambisi yang berlebihan, menghargai sekecil apapun prestasi, sabar, tidak gampang menyerah dan terus bersemangat. Maka itu tanda-tanda dari mental juara. Apabila kamu tidak memiliki semangat serta membuat target yang rendah dalam hidup, maka bisa jadi ini adalah indikasi keadaan sebaliknya.

Seorang karateka dituntut untuk memiliki mental juara. Terlepas dari apa warna sabuk yang dipakai. Kesungguhan bukan hanya pada saat akan diadakan pertandingan saja, tapi terus-menerus. Alangkah merananya otot-otot kita bila pada hari-hari biasa hanya latihan seminggu tiga kali, itu pun durasi semangatnya hanya sedikit, eh, tiba-tiba pertandingan mengharapkan menang.

Pantas saja pegal, jalan pincang, atau maunya tidur (pengalaman pribadi bukan, ya?) menempel setelah pertandingan selesai. Eh, tapi kalimat Mental Juara sejatinya bukan hanya milik karateka saja. Dalam menyikapi kehidupan sehari-hari juga penting. 

Inilah usaha yang bisa dilakukan untuk belajar memiliki mental juara :

  • Latihan rutin. 
Selain latihan di dojo saya memiliki program tersendiri yang dilakukan secara kontinyu. Biasanya saya minta program dengan atlet nasional senior. Bagaimana caranya? Saat kami bertemu di pertandingan, atau melalui media sosial. Ya, pakai jurus sok kenal sok dekat.

  • Melakukan hal lebih dari teman.
Jika teman skiping 1000 kali, maka tambahkan 100 hingga 500 kali. Memang semua juga bertahap. Sebaiknya konsultasikan kebugaran fisik kita pada pelatih, atau mentor fitnes.

  • Memiliki target yang jelas.
Ini paling penting. Cek kembali niat awal latihan. Lalu lihat juga sabuk apa yang sekarang dipakai. Termasuk kontrol kondisi otot kita. Ini tidak boleh diabaikan, sebab, otot yang belum terlatih walaupun melakukan gerakan yang sama, hasilnya akan sangat berbeda.

Target apakah kamu mau bermain Kata atau Kumite juga penting.

  • Belajar dari senior yang berprestasi.
Kadang, para senpai memiliki tips tersendiri untuk mengalahkan dirinya. Coba tanya apa yang mereka lakukan, dan siapa tahu itu cocok serta bisa juga diadopsi.

  • Tidak menganggap remeh kawan apalagi lawan (dalam pertandingan).
Penilaian yang tak terdengar biasa membisikkan hati kita. Ah, gerakanku jelas lebih baik daripada dia. Sebenarnya ini bisa menjadi prediksi, namun sebaiknya segera kembalikan semua pada-Nya. Apa jadinya bila kebablasan dan penyepelan malah membuat kita lengah? 

  • Menerima kemenangan dengan sukur dan kekalahan dengan lapang dada.
Pernah melihat karateka yang mengamuk di lapangan karena kalah? Apa pendapatmu tentang itu?
Memang, untuk mencapai tingkatan ini butuh proses. Saya sendiri pernah sangat emosi ketika merasa ada yang curang. Saat bendera wasit sudah diangkat, protes bisa dilakukan setelah memberi sejumlah uang atau sesuai peraturan lomba. Jangankan membayar, umpama uang pendaftaran pertandingan saja masih suka rela.

Apa yang sebaiknya dilakukan?
Tunda dulu emosimu. Luapkan dengan latihan lebih rajin. Bila waktunya tiba, tunjukkan pada para wasit bahwa kamu memang layak menang.
  • Berdo'a setelah berusaha.
Bukan hal baru, sebaiknya tetap menyiapkan mental yang dapat menerima hasil dari sebuah pertandingan. Kalah atau menang, jiwa kita tetap lapang. Terus berlatih. Tetap maju. Berdo'a menjadikan kita lebih tenang, dan dekat dengan Sang Pemberi Kemenangan.

Jadi

Juara sebenarnya sudah bisa diprediksi. Dialah yang memiliki mental juara. Apakah kamu siap?

Penulis adalah mantan atlet karate Kabupaten Cilacap

Comments

  1. Tulisan bunda mengena bangeet....
    Serasa disetrum semangat untuk jd mental juara...

    Going extra miles... melakukan sesuatu diatas rata rata orang lain ...yap! Makasih bundaa tulisannya sangat menguatkan batrei saya yg nyaris lemah..

    Anywy salam buat si kecik ya bunda...hehe
    Ngk nyangka bunda keyla seorang karateka..
    Awesome ^_^

    ReplyDelete
  2. Dan komentarmu juga menambah semangatku. Alahmdulillah. Mudah-mudahan perteanan ini abadi sebagai silaturahmi hingga ke Jannah. Aamiin. Saya masih belajar semua. Oke salamnya nanti saya sampaikan.

    ReplyDelete
  3. Mental juara memang harus dimiliki oleh setiap manusia, terimakasih atas postingannya yang membuat mental saya kembali tersetrum

    ReplyDelete
  4. Wiiih bundaaa salam buat si kecill semoga punya mental juara sejak dinii

    ReplyDelete
  5. sedang mengompori anak2ku nih agar berani mencoba, punya mental juara, semangaat...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara