Perjuangan Zakiya; Harumkan Nama Desa



rdkudet.blogspot.com


Selepas subuh
Empas keluh
Tas punggung hitam, hampir lusuh
Terisi penuh

Puluhan kilo
ia tempuh
Jalan kaki, naik ojek, naik angkutan; penumpang penuh
Berdesakan : penderes karet, petani, penjual jamu, dan seorang kakek ‘sepuh’
Di terminal turun; niat sungguh-sungguh

Jilbab melambai
Senyum berderai
Wajah damai; bawaan santai

“Atlet silat?”
mengangguk
Langkah lincah, menuju angkutan kota bercat hijau
Berjejal dengan penumpang lain
“Gedung KONI, Pak!”
 melompat, tarif angkot dibayar cepat
Dia cumbui menit, berganti kostum tanpa sulit
“Datang pertama, Mbak.”
Laki-laki tua berwajah lusuh, keluar dari sepetak kamar
“Alhamdulillah!”
Zakiya jarang berkata-kata
Yang keluar dari bibir; mutiara
Mulut setel baik, tanpa syak wa sangka

Pintu gedung berderit
menoleh sedikit
“Pagi, Pak menejer?”
Dua simpul saling balas
“Kita tidak dapat bonus, Zakiya. Hanya ada hadiah beberapa lembar uang kertas.”
mengangguk
“Tak apa, Pak. Selama masih bisa ganti uang naik bus.”
Laki-laki berkumis lebat menukas
“Kamu itu … Apa tidak pengen senang-senang?”
memukul sand sack
Kulit langsat memerah
Keringat menetes
“Di Surga nanti kan senang-senang, Pak.”
Telak!
Pak menejer diam bak orong-orong keinjak
“Andai semua atlet sepertimu.”

Zakiya
berjalan tiga kilo
Anak-anak berpeci ‘buluk’ sambut bahagia
“Kak Zakiya … Kak Zakiya … Aku sudah hapal Juz ‘Amma.”
Hati dipenuhi bunga
Sejak kaki injak mushala
“Kak Zakiya … Kak Zakiya … Aku bisa baca Al-Qur’an. Nanti Iqra’nya ditutup, ya?”
Jiwa  mencium Surga
Sejak tawa  menyapa

Anak pertama, lima bersaudara
Ayah buruh tani, ibu pun sama
Tekadnya kibarkan bendera bangsa
Semerbak nama desa
Hingga ke ibu kota Negara
Di malam-malam tanpa bayang
banyak meminta pada Sang Hyang
Mulia, Agung, dan Tak salah membagi rezeki
Dia hantarkan dedo’a untuk kedua orangtua, saudara, bangsa, baru dirinya sendiri

“Seorang atlet pencak silat mendapatkan beasiswa study ke luar negeri. Zakiya! Gadis sederhana yang murah senyum juga didukung ustadz mushala. Saat ini dia masih menjadi atlet pelatnas. Setelah Seagames, dia baru akan kembali ke bangku sekolah. Menurut guru BK-nya, Zakiya memang tidak terlalu pintar dalam bidang akademik. Zakiya menonjol di olahraga. Pesannya pada generasi muda, ‘Asahlah kualitas untuk kalahkan kuantitas.’ Dia juga ingin agar adik-adiknya perjuangkan bakat dan minat yang dimiliki. Tidak usah pusing dan bingung bila ada pelajaran yang membuat bingung.”
  
Penyiar TV masih bicara

Bulir bening menetes
memeluk ibunya
“Bu, do’amu saja cukup menyertaiku.”
Tepuk tangan sambut keluhuran; budi

Ini bukan puisi baru, pernah diikutkan sebuah event puisi naratif dan belum beruntung. Pondok Cahaya-Yk, 16.04.2015




Comments