Pemuda Duta Islam Pertama (2)

Mush'ab bin Umair
Ini bukan Mush'ab bin Umair, ya ...
Adik-adik ...
Sekarang Kakak akan melanjutkan cerita minggu lalu. Yaitu tentang ...? Iya! Pinteer. Mush'ab bin Umir. Kisah minggu lalu ada di sini.


Mush'ab masih ada di dalam kurungan. Orang-orang muslim mulai hijrah ke Habasyah (Etiopia).

Aku juga ingin hijrah bersama mereka. Bagaimana caranya, ya?

Pemuda itu pun mendapatkan cara untuk mengecoh para penjaga. Dengan hati-hati dia keluar dari kurungan. Mush'ab berusaha agar tidak diketahui ibunya. Dan ... berhasil! Pemuda pemberani ini pun bergabung dengan orang-orang islam dan hijrah ke Habasyah.

Khannas--ibunya merasa kehilangan. Beliau merasa heran dengan tingkah anaknya. Maka, pada saat Mush'ab pulang dari hijrah ...

"Pergilah sesukamu! Aku bukan lagi ibumu!"

Ucapan ini terlontar dari mulut sang ibu. Wajah Mush'ab memerah, kedua matanya berkaca-kaca. Ibu adalah orang yang dicintai sekaligus dihormati. Namun, karena Mush'ab memeluk Islam sedangkan ibu masih menyembah berhala, beliau menghukum Mush'ab.

"Ibu ... bersaksilah bahwa tidak ada yang pantas disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya ...," ucap Mush'ab dengan lembut.

"Sekali pun aku tidak akan masuk ke agamamu. Otak bisa rusak, dan akal bisa menjadi lemah."

Jawaban ibunya menambah kesedihan di hati Mush'ab.

Anak orang kaya yang tadinya berpakaian mewah, sekarang berbaju usang. Semua fasilitas dan harta yang dinikmati, sekarang dihentikan ibu. Pernah Mush'ab hadir di kumpulan orang-orang Islam yang mengeilingi Rasululloh S.A.W. Butiran bening berhamburan dari mata orang-orang.

Keadaan Mush'ab sudah berbeda dari sebelumnya ...

"Aku sudah tahu Mush'ab sebelumnya. Tidak ada pemuda Mekkah yang lebih dimanja oleh orang tuanya sepertinya. Kemudian, dia meninggalkan itu semua karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."

Demikianlah sabda Baginda Nabi S.A.W sambil memberi senyuman yang mulia.

Mush'ab pun pernah sehari makan, dan beberapa hari berikutnya tidak. Kelaparan. Tapi, hatinya yang dipenuhi iman dan taqwa membekaskan cahaya dari-Nya. Dia dihormati, juga disegani.  Hingga, pada suatu kesempatan ...

"Aku mengangkat Mush'ab menjadi Duta ke Madinah. Dia akan mengajarkan agama kepada orang-orang Anshar yang sudah beriman. Mengajak orang lain agar menganut agama Allah."

Baginda Rasul S.A.W membuat keputusan ini walaupun banyak orang yang lebih tua. Mush'ab memikul amanat tersebut dengan bekal kebijakan berpikir, serta kemuliaan akhlak. Kezuhudan, kesungguhan hati, serta kejujurannya ternyata mampu menawan hati penduduk Madinah. Mereka pun berbondong-bondong masuk Islam.

Awalnya, hanya ada 12 orang yang masuk Islam. Beberapa bulan kemudian lebih banyak lagi yang menyambut seruan Allah S.W.T dan Rasul-Nya. Allohu Akbar.

Hidup tidak selalu berjaan mulus. Nyawa Mush'ab terancam. Saat dia sedang memberikan petuah kepada orang-orang. Datang lah Usaid bin Al-Hudhair--pimpinan kabilah Abdul Asyhal di Madinah.

"Apa maksud kalian datang ke sini?!"

Dengan pisau terhunus, Usaid bertanya penuh amarah. Dia merasa dilecehkan karena tuhannya akan digantikan sesembahan baru. Baginya, patung-patung adalah tuhan yang jelas. Bisa ditemui kapan saja ketika ada masalah, dan berdo'a. Sedangkan tuhan Mush'ab dan Muhammad S.A.W? Tiada satu pun yang tahu atau meihat-Nya. Inna Lillah.

Bagaimana kelanjutannya? 
Apakah Usaid akan melukai Mush'ab dengan pisaunya? 
Atau ada hal lain yang terjadi?  
Tunggu cerita selanjutnya di bagian 3 ya, Adik-adik ...

Jangan lupa, tanyakan pada ayah dan ibu tentang :
1. Apa sih Hijrah itu?
2. Siapakah orang Anshar?
3. Apakah maksud dari Baiat? 
4. Habasyah itu ada di mana? 

5.  Kalau kalian biasa hidup enak, lalu tiba-tiba menderita, bagaimana? Apa sudah bersyukur untuk keadaan sekarang? (yang ini tidak perlu tanya pada ayah dan ibu, ya?)

Semoga kita bertambah cinta kepada Sahabat, Nabi S.A.W dan juga Allah S.W.T. Aamiin.

Cerita untuk anak usia 7 tahun

Comments

  1. Meski ini cerita untuk anak, sungguh betapa yang dewasa juga perlu untuk mengenal lebih dekat lagi dan perjuangannya. Dengan demikian kita semakin cinta kepada para sahabat, kepada Nabi Saw. yang mulia, dan kepada Allah Swt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Pak Akhmad Muhaimin Azzet ... maaf, tapi saya memakai bahasa yang sebisa mungkin untuk anak-anak. Mudah-mudahan bermanfaat.

      Delete
  2. Alhamdulilah, Mbak. Postinganmu ini bermanfaat banget buatku

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara