3 Cerita Masa Kecil dari Rumah Memori

di halaman Rumah Memori

Kalau diingat-ingat, ada banyak cerita masa kecil yang enggak habis-habis saat ditulis. Karena Giveaway Pena Cinta memberi syarat maksimal jumlah kata 500. Maka saya ambil tiga cerita yang paling membekas hingga saat ini.

Apa sajakah itu?


1. Main Yeyean saat diminta mencuci baju.

Yeyean merupakan permainan menggunakan karet gelang yang dijadikan rantai, lalu anak-anak melompat, mengaitkan kaki, dengan karet dipegang dua orang. Ketinggian karet terus dinaikkan, sampai ukuran paling tinggi adalah saat si anak berdiri tegap, dengan tangan mengacung ke atas. Lurus penuh.

Saat itu mamak saya meminta tolong untuk mengucek pakaian, di dekat sumur tanpa pagar. 

"Main Yeyean, yuk," ajak beberapa teman.

Saya langsung mengiyakan dan bermain. Mamak menyangka saya tercebur ke dalam sumur. Beliau meminta tolong orang untuk masuk ke sumur. Waduh, saya tentu merasa bersalah karena dikira tercebur, malah sedang asyik main. Sejak itu saya minta izin dulu bila mau main. Dan menyelesaikan cucian sebelumnya. Ini terjadi saat saya sudah kelas III-MI (Madrasah Ibtidaiyah, setingkat SD).

2. Melindungi adik dari gangguan teman-temannya.

Ini cerita agak sedikit heroik. Adik saya waktu kecil memiliki badan yang kurang tegap. Beberapa anak sekelasnya sering menghina dengan julukan, "Kebo Nderung." Maksudnya dia seperti kerbau yang sedang duduk membungkuk.

"Ada kakaknya!"

Begitu teriakan teman-teman adik saya, bila mereka sedang mengolok dan melihat kelebatan saya. Memang, saya tak segan-segan memberi peringatan secara tegas.

"Sini kalau berani!"

Begitu menjadi andalan saya sambil menatap teman-teman adik. Mereka tadinya adalah teman-teman saya, tapi tinggal kelas. Ini terjadi sepanjang kelas III s.d kelas VI MI.

3. Menyanyi bersama dua adik saat hujan deras secara bergantian.

Bila hujan mengguyur atap rumah yang terbuat dari seng. Kami merasa senang. Saya dan dua orang adik bersama membuat satu kesepakatan, "Yuk nyanyi lagu anak-anak."

Dengan gaya anak-anak mengadopsi sebuah acara TV zaman dulu (Panggung Gembira Anak-anak, tayang setiap minggu, bergantian dengan Album Minggu). Kami menyiapkan lagu yang berbeda. Nama kami pun diganti dengan nama yang mirip artis cilik. 

Kami menyanyi dengan suara sangat keras, maklum, bersaing dengan derasnya hujan di atas seng. Saat sedang asyik-asyiknya, kami melupakan satu hal. Bapak sedang istirahat siang. Agaknya suara kami jauh lebih keras dibanding hujan yang mereda.

"Sedang pada apa ini?"

Oops! Kami saling pandang. Adik kedua saya langsung sembunyi di balik pintu kayu. Biasanya yang paling diplomatis adalah adik pertama saya. Dia akan menjawab pertanyaan bapak dengan baik, tanpa membuat bapak banyak bertanya.

Itu lah tiga hal yang membuat saya tersenyum bila mengingatnya. Cerita pertama membekaskan sesal, membuat ibu saya sedih. Cerita kedua membuat saya merasa berarti, dan cerita yang terakhir menjadikan masa kecil kami memiliki banyak warna.

Sekarang, rumah kami sudah tidak ada. Kami, anak-anak mamak dan bapak berpisah dengan keluarga masing-masing. Mamak tinggal di Bekasi. Rumah itu menjadi Rumah Memori. Sudah tidak mewujud, namun menyimpan banyak misteri.

Mohon maaf, kami memang tidak memiliki dokumentasi masa kecil, sebab keterbatasan. Foto yang saya lampirkan adalah foto saat saya menggendong anak pertama, sebelum Rumah Memori diratakan dengan tanah.

Apakah Anda memiliki warna lain di masa kecil? Mari bagi di sini ...

"Tulisan ini Diikutsertakan Dalam Pena Cinta First Giveaway"

Comments

  1. Hehehe kisahnyaa lucu bunda...
    Muty ngebayangin sambil senyum senyumm...
    "Sini kalau berani"
    Hehehe

    Kalau muty kisah kecil yg tak terlupakan main akting sinetron dan berperan bgai ibu guru.
    Ceritanya bu guru marah kpd siswa yg ngk ngerjain Pr...
    Saat itu muty marah kpd salah satu teman layaknya seorang guru...
    Eh tiba tiba si anak nangis keras dan muty dilaporin ke ortunya. Muty jd speechless krn ngk tau m ngapain krn dr awal kita tuh cuman akting. Huaaa....
    Skrng orang itu udah nikah punya anak bnyak... muty klu ketemu orang itu senyum senyum sendiri seperti membaca kisahnya bunda Keyla.. hehehe

    Semoga tulisannya terpilih yaa bunda....^^

    ReplyDelete
  2. Ceritamu seru juga. Bisa membayangkan, bagaimana mereka saat menangis. Berarti aktingnya sukses.

    Aamiin. Terima kasih do'anya.

    ReplyDelete
  3. Cerita masa kecil saya banyak sekali mbak terutama masa sd...salah satunya ketika sy disuruh ibu menjaga adik yg sedang tidur sementara teman2 sy bermain diluar dan sy tdk bisa main krn harus jaga adik...
    Akhirnya sy dapat akal yg nakal, sy cubiti adik sampai terbangun dan stlh terbangun sy gendong adik ke sumur umum tempat ibu cuci baju..
    Sth itu sy bisa main dg teman2..
    Kasihan sekali ya adik saya...
    Tapi sekarang galakan dia dari pada saya... :)

    ReplyDelete
  4. Cerita masa kecil saya banyak sekali mbak terutama masa sd...salah satunya ketika sy disuruh ibu menjaga adik yg sedang tidur sementara teman2 sy bermain diluar dan sy tdk bisa main krn harus jaga adik...
    Akhirnya sy dapat akal yg nakal, sy cubiti adik sampai terbangun dan stlh terbangun sy gendong adik ke sumur umum tempat ibu cuci baju..
    Sth itu sy bisa main dg teman2..
    Kasihan sekali ya adik saya...
    Tapi sekarang galakan dia dari pada saya... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh, kasian betul adiknya ... Bisa membayangkan bagaimana jika kita ngantuk terus dipaksa melek :)

      Delete
  5. Berkesan sekali ya masa kecilnya. Semoga anak2nya juga punya masa kecil yg memorable. :))

    ReplyDelete
  6. rumah yang penuh kenangan berarti ya mba

    Terima kasih sudah ikutan ya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, benar sekali. Sama-sama, Mbak Liswanti Pertiwi. Semoga sukses GA-nya.

      Delete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara