Kusimpan sesal dalam bilik jiwa nan sesak
Pintal
kalimat dalam aksara berserak
Lembar-lembar
ranum kekata
Tuk
pria beda dua usia
Masih
SMA
“Ini
apa?!”
Tak
kusibak amarah bunda asrama
“Baru
kelas tiga!”
Tanda
seru itu meliuk, hunjam rasa
Gulung
benih-benih harap
Kungkung
bercak noda
“SMP
pula!”
Mata
pandang ujung jari kaki
Pikir
mengangkasa
Padamu,
Mama
Bunda
asrama?
Pengganti
Pemilik
surgaku bentangkan dada
Lembut
tutur
Penuh
kasih tatap luka
Sabar tak pernah luntur
“Apa
yang kau lakukan, Nak?”
Hujan
kristal banjiri alfa
Tak
kujawab
Sebab
Mama tlah hanyut dalam rasa
Naluri
Sejak
detak nadi
Titipkan
Yang Maha Tinggi
“Pa,
muda kita beda”
Sergahmu
Kuikat
malu
Pada
kayu di bawah lidah
Kukemas
aksara
Pada
batas was-was
Mama
Kau
tanam luhur
Pada
alif nan bengkok
Kan
kubaca tegak julang
Pandang
langit
Dalam
gelap atau pun terang
Raih
gemintang
Sebening
tulusmu, Mama
Kusimpuh
raga
Taubat
jiwa
Tuk
raih
Pahat
harap dalam detak nadi, Ma
Ma
…
Ma
…
Ma
…?
Maafkan
Ananda
Pondok
Cahaya-Yk, 24.02.2015
Ini saya dedikasikan untuk anak panti asuhan (tanpa menyebut nama). Telah Ibu baca apa yang
kamu tuliskan dalam huruf-huruf berdempet itu. Ibu tidak marah, pun tidak
mendukung untuk cinta aneh itu. Ah, cinta! Seulas tawa kan Ibu reguk dalam
secawan canda, bila mendengar kau menuturkannya. Ibu orang yang percaya dan
berusaha memperlakukan 75 % bagian tubuh anak-anak dalam dekap cinta. Tidak
sekarang bilakah nanti kau akan paham segala makna. Ibu bisa rasakan gejolak
itu, namun betapa banyak ilmu akan kita dapat, bila panca indera kian kita buka
dalam lindungan-Nya.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara