Sebelum Tangis itu Meledak

Seperti tahun-tahun sebelumnya, panti asuhan biasa mendapatkan undangan buka bersama. Kemarin sore, Kamis, 18 Juni 2015 Panti Asuhan Yatim Putri Khoirun Nisa' mendapat undangan ke rumahnya Ibu Dessy, pemilik Rerempahan--rumah spa dan perawatan tubuh. Saya yang tinggal di panti asuhan berusaha menyesuaikan kegiatan suami (yang mendampingi mereka). Saya jarang ikut jika ada undangan ke luar. Biasanya hanya Maisan (4 tahun kurang 17 hari) yang ikut. Sedangkan saya dan Byan (2 tahun) cukup di panti. 

Sore kemarin Byan sudah tahu kesibukan kakaknya sejak mandi, berpakaian, dan memakai sabuk di celananya. "Ikut Akak ... ikut Akak." Begitu suara Byan yang belum jelas memanggil kakaknya. Saya ingat, biasanya kalau ke rumah Ibu Dessy, semuanya ikut, termasuk Ibu yang membantu memasak di sini, dan temannya. Wah, ke mana saya akan mengalihkan perhatian Byan?

"Mi .. Beum-beum. Beum!"

Ucapan Byan itu biasanya sambil menunjuk tempat kunci motor. Saat itu pun sama, dia sudah berseliweran di dekat tempat biasa saya meletakkan kunci. 

"Sana, Dek. Diajak keluar."

Suami saya memberi saran. Hmm, pikiran saya mulai mencari-cari, mau ke mana dan apa yang akan dilakukan? Saya pun memutuskan membawa Byan naik motor untuk berputar dengan kecepatan di bawah 40 km/jam. Dengan memakai kaca mata hitam dan jaket bludrunya, Byan tidak mau saya gendong. Dia berdiri di depan (kebetulan memakai motor matic). Saya mengikat gendongan antara pinggangnya dan  pinggang saya.

Sepanjang perjalanan Byan menyanyikan lagu yang tidak terdengar hurufnya. Angin lembut membelai kami. Yang saya lakukan kalau dalam istilah Jawa dinamakan Nyimpekna--mengalihkan perhatian anak-anak dengan tujuan tidak ikut orang yang akan pergi--kelayu.

Di jalan, saya melihat beberapa titik yang biasanya sepi, sore kemarin rame. Ada penjual yang sibuk membungkus sesuatu, ada penjual sup buah, kolak, pun gorengan. Masjid-masjid yang biasanya sepi juga tampak ramai. Banyak anak berlarian dan di masjid lain terlihat para remaja sedang berkumpul. Oh, begini rupanya suasana Ramadhan sore hari di sekitar panti asuhan?

Begitu masuk jalan yang ruasnya lebih besar (Yogya-Wonosari), lalu lintas terlihat ramai. Motor berjalan dengan sangat pelan. Byan melihat-lihat semua kendaraan yang melintasi kami. Kurang lebih seperempat jam acara putar-putar pun kelar.

"Lho. Kok baru mau berangkat?" tanya saya pada suami yang baru keluar dari garasi.

Saya mengajak Byan berbicara hingga dia tidak terlalu memperhatikan abinya yang baru berangkat. Alhamdulillah, akhirnya Byan tidak menangis. Saya berhasil membawanya sebelum ledakan berpeluru air mata terdengar.

Apakah Anda memiliki pengalaman lebih seru? Mari share, bila berkenan. Terima kasih.

Comments