Hidup
itu titipan, nyawa titipan, napas titipan, tapi … apa enak jadi tahanan titipan
Hampir
tiga bulan
Renta
berbalut rintihan
Mendekam
di ruang pengap, penuh penjagaan
Sekarang
atma masuk pengadilan
Terkatung;
tunggu putusan
Enam puluh tiga tahun, usia
Sidang
tahap eksepsi jaksa penuntut; dakwa
Timbang
penangguhan penahanan sebab usia
Sudah
tua, katanya
Nenek
mana tahu Pengacara
Jaksa
Terdakwa
Dia
hanya tahu satu saja
Masuk
penjara
Tujuh
batang kayu jati ditebang
Sangka
mencuri milik orang
Ini
kayu sendiri, penebangnya telah pergi
Suami
Tanah
asal tanam pun tlah dijual ke orang
Lemah,
ratap, netra berlinang
Nek
…
Mereka
alpa
Terlahir
dari rahim seorang bunda
Tiada
beda
Mereka
lena
Atau
lempar perkara
Bisa
jadi kau hasil rekayasa
Oknum
nan tersayat mata batinnya; buta
Aku
rindu cucu
Ruang
ini membelenggu
Mereka
penghuni bui
Lebih
memiliki hati
Kaki
ringkih keluar dari ruang berjeruji
Tangis
haru sambut tuk tertuduh sbagai pencuri
Kayu
jati
Sendiri
Nek
…
Kau
tak bisa melawan
Meski
tlah mereka lepaskan
Sehat
menyusut
Wajah
kian berkerut
Nek
…
Kisahmu
kan jadi palu pun genderang
Bagi
insan-insan pemilik gendang pendengar
Yang
rekam hidup dengan hati
Pemilik
netra
Yang
rekam visual dengan mata jiwa
Pemilik
nadi
Yang
sertai detak dengan gema paja; puji illahi
Pondok
Cahaya-Yk.03.03.2015
Puisi saya ini ada dalam buku antologi milik Mbak Lia Zaenab
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara