Catty
si kucing betina dan Catsome si kucing jantan sudah bersahabat sejak
dibuang majikan masing-masing. Mulai satu tahun yang lalu mereka
tinggal di tepi hutan pada sebuah pohon besar yang berlubang. Mereka ke
luar-masuk tempat tinggal melalui lubang itu.
Ketika daun
berguguran, mereka merencanakan permainan baru yaitu menjadi sepasang
pengantin. Catty sudah menyimpan gaun pengantinnya dengan bunga kantil.
Senyum indah menghiasi wajah cantik dan sepasang mata cokelatnya
tambah berkilat.
Hari menjadi pengantin pun tiba, Catty
menuju sungai lebih dulu dengan alasan supaya bisa berdandan
secantik-cantiknya. Dia mematut diri pada jernihnya air sungai,
pantulan gambar dirinya bergoyang-goyang karena aliran air yang tenang.
“Huh,
Catsome mana sih? Katanya mau segera menyusul tapi kok lama belum juga
muncul. Dia juga bilang kalau kita mau jalan keliling kampung berdua
seperti pengantin manusia.” Catty mondar-mandir di tepi sungai, gaun
pengantinnya berkibar tertiup angin.
“Hei! Kenapa kamu sendirian, Catty?” tanya Bufty si kupu betina cantik.
“Aku menunggu Catsome,” jawab Catty sedih.
“Aku akan membantumu memanggilnya ke pohon berlubang. Kamu tunggu di sini saja, ya?”
Catty hanya mengangguk lalu duduk di atas lempengan batu cadas.
***
Bufty
terbang dengan mempercepat kepakkan sayap. Setelah sampai di depan
lubang pohon dia berteriak, namun tidak ada suara menjawab. Bufty
memberanikan diri masuk ke dalam pohon, kupu-kupu bersayap hitam itu
heran karena tak mendapati yang dicari.
“Aku akan pulang
ke kerajaan kupu-kupu, semoga teman-teman bisa membantu,” lirihnya
sambil mengepakkan sayap ke arah utara. Waktu melintasi taman bunga,
dia melihat gerombolan kupu-kupu beterbangan hampir menutupi taman
mawar.
“Ada apa saudaraku? Kenapa kalian beterbangan di atas taman mawar?”
“Kami ditugaskan menjaga dia hingga siuman,” jawab kupu-kupu jingga sambil menunjuk ke satu arah.
“Lho? Kenapa Catsome bisa ada di sini?” Tanya Bufty heran.
“Dia
memetik mawar tanpa minta izin pada ratu kupu-kupu. Gusti Ratu memberi
pelajaran padanya dengan membuatnya pingsan. Kucing ini akan siuman
saat senja nanti.”
Sekarang Bufty mengerti kenapa Catsome
belum juga datang ke tepi sungai. Dia akan menghadap ratu kupu-kupu
agar Catsome diperkenankan pulang. Ternyata usahanya tidak sia-sia,
Gusti Ratu memerintahkan anak buahnya untuk mengantar Catsome ke pohon
berlubang.
“Teman-teman, dorong Catsome ke atas daun jati kering ini,” perintah Bufty.
“Bersiap lah terbang ke arah selatan.” Ribuan kupu-kupu mengangkat tubuh Catsome ke tempat tinggalnya.
***
Langit
mulai senja, di tepi sungai, Catty mulai jenuh menunggu. Dia
memutuskan untuk pulang, jalannya pelan. Hari pengantin berlalu hatinya
dipenuhi rasa kecewa. Dia tidak ingin bicara dengan Catsome sebagai
ungkapan kekesalan.
Sementara itu di pohon berlubang,
Catsome mulai membuka mata. Dia mencari ratu kupu-kupu yang murka namun
dia mengenali ruang cokelat berdinding kayu ini.
“Waduh! Aku harus ke tepi sungai, Catty pasti menunggu.” Dia bangun lalu menuju lubang.
Belum
sempat kepalanya melewati lubang pohon, dia melihat Catty yang pucat.
Sepasang mata cokelat Catsome memandang ke arah barat. Dia baru sadar,
Catty pasti marah besar.
Melihat kucing sahabatnya di
depan lubang, Catty memalingkan badan. Tangan kanan Catsome menyambar
tangan kiri kucing betina bergaun pengantin.
“Maafkan aku
sahabat, aku memang bersalah dan kamu pantas marah. Kau masih bisa
jadi pengantinku dan besok pagi kita jalan-jalan keliling kampung.”
Malam
itu mereka sepakat bermain menjadi sepasang pengantin. Catsome
memandang Catty penuh syukur. Kucing betina di sampingnya adalah
anugerah berharga dari Sang Maha Kuasa.
Ternyata permintaan maaf lebih ajaib dari pada segudang alasan.
Tulisan sudah dipublish di sini
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara