Gemuruh Kalbu di Atas Matras


Jumlah kata : 362 beserta judul dan tagar

Panggilan terdengar membahana dari meja administrasi pertandingan. Seluruh penonton tertuju pada sosok tinggi tegap berpostur tentara dengan beberapa jerawat di wajah maskulinnya.
“Karateka Bentang pada pita merah, Karateka Nicholas pada pita biru!” suara ini sangat menyihir penonton. Penampilan bintang lapangan yang tiga kali meraih medali emas berturut-turut dalam SEAGAMES selalu menjadi tontonan menarik. Dan … gadis berkulit kuning langsat yang memiliki tubuh atletis selalu ada di belakangnya, membawakan handuk, air mineral serta kebutuhan pertandingan lain.

Kecupan kilat menyapa kening Binar. Gadis berrambut mayang itu melirik ke arah pelatih mereka, ya! laki-laki di sudut lapangan pertandingan yang memakai kaus dan trening merah. Usianya kira-kira sepadan dengan papanya Bentang.

Aku harus menang. Ini bukan hanya soal medali, tapi juga cinta! Batin Bentang menyemangati diri. Dia ingat dengan cermat bahwa Binar akan memilihnya, pergi meninggalkan laki-laki berkaus merah itu.

“Kamu lebih banyak memberiku perhatian, sayang dan materi,” ucap Binar saat Bentang menawarkan ikatan kua untuk hubungan mereka.

“Mas Tegar memang pelatih yang berdedikasi, tapi bukan untukku,” sambungnya menguatkan niat.
***
Sorak sorai membuat bulu-bulu halus berdiri. Laki-laki berkaus merah memeluk Bentang dengan erat. Kemenangan atlet andalannya itu berarti kemenangannya juga. Binar melihat mereka dari luar matras pertandingan.

Tegar melangkah meninggalkan lapangan. Bentang mendekati Binar. Ketika dua tangannya hendak mengalungkan medali pada Binar. Gadis bertinggi 167 cm  mundur. Dia menatap tajam jauh ke dalam kornea laki-laki 24 tahun itu.

“Maafkan aku, Bentang. Selayaknya binary ini aku terima sebagai hadiah hati darimu, tapi ketegaran suamiku menghadapi ulahku tak mampu membuatku berpaling,” ucap Binar sambil menepuk pundak Bentang.

“Bentangkan samudera hatimu pada kedalaman palung-palung jiwa gadis lain, akan kau temukan binary yang lebih bermakna dari pada aku,” lanjutnya. Bentang terdiam. Dia tak mampu banyak berkata.

Para gadis berkerumun meminta foto bersama. Binar berlari menyusul laki-laki berkaus merah. “Mas Tegar!” dia pun mempercepat larinya. Gadis muda yang menikah dengan pelatih seusia ayahnya itu melompat ke atas punggung suaminya. “Pegangan!” pinta Tegar. Mereka berlari ke luar gelanggang seperti seorang ayang yang menggendong anak perempuan kesayangannya.

Bentang menatap mereka. Ya! Binar benar, akan kubentangkan hati pada binar lain. Sisa-sisa ketegaran akan menemani hingga menemukan tambatan hati yang tak merusak ikatan sesama.

Rekam jejak belajar menulis. LRF. Pondok Cahaya-Yk, 21.01.2015
#CeritaMini


Comments