Engkong Mahmud


 
Engkong Mahmud usianya 65 tahun. Badannya masih sehat, giginya pun masih kuat. Satu hal yang menjadi kebiasaannya belakangan dan bikin heboh adalah sifat lupanya. Pas hari raya lebaran, Engkong pernah memakai sandal emak-emak. Sepanjang jalan ditertawakan anak-anak. Begitu sampai rumah dia tanya sama istrinya,”Emangnye muke aye lucu, ye?” Istrinya menggeleng. 
“Kok anak-anak di lapangan bole pade ngetawain aye?” 
Istrinya diam. Dia mengamati suaminya dari kepala hingga kaki, lalu tertawa.
“Engkong pakai sandal siape? Lihat noh, mirip emak-emak mau pergi arisan!” ucap istrinya sambil menunjuk kaki Engkong Mahmud.
“Aduh!” 
Engkong pun menepuk jidatnya yang licin, lalu ikut tertawa. Ternyata dia memakai sandal ibu-ibu yang ukurannya pas di kaki.
***
Hari Jum’at sore Engkong Mahmud ribut. 
Dia mencari sepedanya. Ihsan, cucunya ikut sibuk mencari. Demikian juga istri Kong Mahmud.
“Perasaan, Gue taroh di pojokan sini,” ucap Kong Mahmud sambil mengingat-ingat.
“Di dapur enggak ada, Kong!” jelas Ihsan. 
Anak tujuh tahun itu mulai cemberut.
“Engkong lupe, kali,” tebak Ihsan.
“Etdaah. Ngeledek aki-aki Lu, San?” tanya Engkong Mahmud.
“Di bengkel apa enggak?  tebak istrinya. Kong Mahmud menatap istrinya, lalu menggeleng.
“Apa ketinggalan di rumah temennye Engkong?” 
Ihsan masih menebak. Engkong Mahmud masih menggeleng.
“Padahal pan Engkong mau nonton anak-anak mude main voli,” Wajah Engkong Mahmud terlihat kecewa.
Klinting … klinting …
Dari arah luar ada suara krincingan sepeda. Seseorang turun dari sepeda yang dinaikinya di halaman rumah Kong Mahmud.
“Ini sepede, Engkong, kan?” tanya Takmir Masjid Al-Mukmin.
“Hehe. Iye, makasih, Ye?”
Ho-ho-ho. Rupanya tadi engkong berangkat Jum’atan naik sepeda dan pulangnya jalan kaki. Pantas saja enggak ketemu di mana-mana. Engkong tertawa. Perutnya berguncang. Semua ikut tertawa.

Comments