Baju Nangka Brongsong




Nining, tetanggaku yang bapaknya guru memamerkan baju lebaran. Warnanya pink, di bagian lengan mekar seperti bunga. Gaun berlengan pendek itu mirip dengan kostum Nirmala dalam serial Bobo yang sering aku tonton. Dia terlihat seperti puteri dalam dongeng. Senyumnya riang, rambut keritingnya bergoyang saat melonjak girang.
Aku tidak yakin Mamak akan membelikan baju baru. Sebab menurutnya, baju tahun lalu masih bagus. Lebaran kemarin, aku dan dua adik perempuanku memakai baju hitam putih. “Mirip para pelamar kerja.” Demikian komentar bulik dan paklik. Untuk rok hitam, bagian depannya ada lipitan serta panjang di atas mata kaki. Atasannya berlengan panjang, tanpa kerah dan dibelah dua pada bagian pinggirnya.
Setelah melihat baju baru Nining. Aku bertanya pelan pada Mamak. Beliau tersenyum arif.
“Mamak sudah beli bahannya.” Lalu beliau menuju lemari kayu dan membuka bungkusan koran. Ada tiga lembar kain berbahan hero dengan tiga warna, pink, biru dan hijau. Sebagai anak sulung, aku memilih paling akhir. Padahal ingin rasanya memilih warna pink, sayang, adik pertamaku sudah memilihnya. Aku kebagian warna hijau, satu warna yang sangat tidak kusukai, dulu.
“Ini untuk bawahannya.” Aku cemberut. Tangan langsat Mamak membuka lembaran kain jarik bermotif burung merak. Kecewa. Dan seperti biasa, wanita berhidung paling mancung di antara kami itu akan menjahitnya sendiri. Bukan dengan mesin jahit.
***
Mamak sedang berdendang lirih sambil menjahit baju lebaran anak-anaknya. Tetangga belakang rumah datang bertamu sambil menggendong bayinya. Dia pun mulai bicara tentang baju lebara anak-anaknya. Tak lupa mengomentari apa yang sedang dijahit Mamak.
“Anak masih kecil-kecil enggak perlu lah pakai baju panjang. Mirip nangka brongsong jalan.” Aku merasa tidak terima dengan ucapan ibu bergelung. Ingin rasanya membela Mamak, namun hanya mampu diam. Setelah tetanggaku pulang. aku memeluk Mamak. Betapa tulusnya beliau mempersiapkan baju tertutup untukku. Tak peduli seperti apa bentuknya.

Tulisan ini dapat hadiah dari panitia event di grup Komunitas Bisa Menulis
#KisahInspiratif 

Comments