Sun Yi (Bapak)



Tiga hari setelah mimpi itu, Sun Yi merasakan persendiannya lemas. Tangan mengangkat, sebatas niat, saat upaya dilakukan, lemas kian terasa. Disentuhnya siku untuk meyakinkan bahwa dia masih memiliki tulang, bukan ulat yang hanya bisa menggeliat. Masih ada. Dia mengangkat dengan menimbulkan suara mirip orang ngejan. Saat duduk, keringat dingin membanjiri seluruh tubuh.

"Mimpimu kok begitu. Apa lupa zikir?"

Sun Yi hanya menggeleng, itu pun sangat lemah. Ibu juga tidak melihat, jika dia menggerakkan kepala.

"Bapak mau pergi. Mau nitip buah apa?"

Sun Yi melihat ke arah Bapak. Dipandanginya wajah penuh lelah yang sangat perhatian akhir-akhir ini padanya. Kerutan dan lipatan di garis senyum, membuat Sun Yi mempertahankan penglihatan ke sana.

Wajah itu lah dulu yang begitu kesal saat Sun Yi tak juga becus mengeja huruf hijaiyah. Pandangan berpindah ke tangan Bapak. Keriput punggung tangan itulah yang dulu digelayutinya bersama adik-adik. Punggung tangan yang terbakar matahari. Punggung tangan yang mengupayakan rezeki halal bagi keluarga.

"Apel, sama jeruk, Pak," jawab Sun Yi lemah. Itu adalah dua buah favoritnya. Buah yang perlu dibeli ke kota, saat dia masih anak-anak. Apel, dulu juga masuk kategori buah mahal, tapi Bapak tetap membelikannya. Demi Sun Yi.

"Pak. Sun Yi minta maaf, ya?"

"Semua kesalahan anak-anak Bapak, sudah Bapak maafkan. Semua."

Gerimis turun dari dua kelopak mata Sun Yi. Orang yang begitu gigih membahagiakannya, belum juga bisa bahagia dengan melihat dirinya bersanding di pelaminan. Entah kapan itu terwujud. Tuhan masih belum membocorkannya.

bapak pergi
buah terbeli
lembaran malam begitu cepat tutupi siang
gadis tanpa poni itu gelisah
tiada bisa memejam
saat semua sudah lelap
di penghujung jenuh
tubuhnya mulai diam
diam
tertidur

"Sun Yi ...!"

Lengkingan suara Ibu membuat kedua mata Sun Yi membuka cepat. Suara kepanikan. Tenaga yang hilang darinya, mendadak datang tiba-tiba. Sun Yi bangun, dan berlari. Menuju dapur tanah. Mendapati Bapak yang terkapar di tanah. 

Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara