1. Tema :Meramu
Cinta Pada Dedo’a - Puisi Naratif
Pencarian
Cinta Salamah; anak Kiai Dullah
Kayla
Mubara
Dalam
bait-bait do’a yang tak terdengar penghuni bumi
Bintang
turut bermunajat dari manzilah-manzilah anugerah Sang Maha Tinggi
Mengaminkan
berkali-kali pinta Salamah menjelang pagi
Dua
kelopak netra lebam, ruang di dada penuh harap sepanjang hari
Segenap
penduduk desa memicing dalam benci
Bergumul
gunjingan, pun caci maki
Mengutuki
gadis 53 tahun, masih sendiri
Berteman
harap entah, tanpa jejaka yang memberi arti
Satu
demi satu gadis lain bersuami
Paras
biasa, usia pun lebih dini
“Terimalah
Salamah, yang penting laki-laki”
Kalimat
berulang, terekam rapi dalam memori
Tlah
ia kesampingkan sakit hati
Terakhir;
sebelum hari ini
Seorang
kakek bungkuk, bertongkat, tanpa gigi
Datang
menyulam harap tanpa permisi
Dia
bilang akan menjadikan Salamah sebagai istri
“Bila
tidak di dunia, semoga di surga nanti”
Salamah
tersenyum menggetarkan hati
Jawabnya
yakin, ringan, tulus menohok nadi
Para
pengumbar janji
Tiap
sore menuju surau ikhlas langkahkan kaki
Anak-anak
tanpa dosa menunggu dengan pakaian pun kerudung warna-warni
Belajar
alif tegak, alif bengkok; ya! alif yang menjulang tinggi
Mereka
dan salamah membaur; saling menyayangi
Langkahnya
do’a pada Yang Maha Suci
Tuturnya
do’a tiada henti
Tingkahnya
do’a pada pemilik cinta sejati
Dedo’anya
mendo’a, berbaris dengan para malaikat hingga ‘Arsyi
Pondok
Cahaya-Yk, 25. 02. 2015
2. Tema : Berguru
Pada Kata – Puisi Bebas
Berguru
Pada Alif
Kayla
Mubara
Tegak
Menjulang
Satu
huruf terpampang
Menampar
perihku; lukis awang-awang
Allah-ku
Abadi
Seperti
Alif
Penghambaan
nan Kau bentang
Ruhku
luruh; pada-Mu jua kan berpulang
Alif
Jelmamu
Bengkok
tuk meluruskan
Bak
kehidupan
Kaulah
nyawa dalam raga-raga aksara kitab mulia
Bahkan
Seluruh
huruf terlahir darimu
Alif
Kau
mengawali titah; sabda Sang Maha Hyang
Pada
wahyu pertama dalam gua
Sedangkan
aku
Lena
dalam congkak kian membengkak
Maluku
meradang
Alif
Kau
tlah mengesakan-Nya
Tiada
berbilang
Sedangkan
aku
Tejebak
lilit lumpur noda nan menghitam
Alif
Sampaikan
resahku pada Sang Maha Pengampun
Alghafuur
Tetaplah
bersama Lam
Beriringan
menunjukkan kalam
Agar
kubasuh kelam
Di
antara tsuraya, sabitnya bulan sebelum purnama
Sepanjang
malam
Alif
Kaulah
pembentuk kata
Yang
maknanya kukais dalam bingkai-bingkai
dedo’a
Bila
kau pergi
Seluruh
arti kan hilang makna
Alif
Kau
lambang
Tegak
batang padi
Pun
kubah-kubah masjid nan menjulang
Dan
aku
Remuk
bentuk bila abaikanmu
Alif
…
Allif
…
Allatiif
…
Batu-batu
nafsu menunduk
Mengejamu
Dalam
alpaku
Alif
Pondok
Cahaya – Yk, 02.03.2015
Dua puisi di atas menjadi juara pertama di kelas menulis puisi KBM (Komunitas Bisa Menulis)
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara