Azab Bertubi-tubi Tak Jua Membuka Hati


gambar dari pixabay


Membaca sejarah para Nabi adalah memberi peluang introspeksi. Satu di antaranya saat mebaca kisah Nabi Musa AS. Orang-orang Mesir, yang kala itu tunduk di bawah peraturan Fir’aun, mempermainkan hati mereka sendiri dengan sikap mereka kepada Nabi Musa AS (dan Nabi Harun AS). 

Kesombongan, kekejaman, dan pengakuannya sebagai Tuhan, Fir’aun tidak mau membuka hati untuk menangkap hidayah-Nya.Demikian juga orang-orang yang bersamanya. Ditimpakan lah azab kepada mereka. Tidak hanya sekali, namun bertubi-tubi.

Azab-azab tersebut adalah :

1.     Kekeringan.
Kalau dalam istilah kita, sama saja dengan paceklik. Dengan kekeringan yang dahsyat, para petani tak bisa lagi bercocok tanam. Buah-buahan tidak bisa dihasilkan. Kelaparan menjadi niscaya bagi siapa saja. Segala yang ada di pasar harganya tak wajar lagi. Sangat tinggi.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman, dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raf : 96).


2.     Air yang melimpah, tiada henti.
Melimpah bisa bermakna kemakmuran, namun bagaimana jika yang melimpah itu air, serta tidak berhenti? Sungai Nil yang tadinya kering, mendadak penuh, dan meluap.

Setelah dilanda paceklik karena kekeringan, sekarang dilanda lapar karena semua lahan dipenuhi air.

Mengalami itu, orang-orang Mesir meminta kepada Nabi Musa AS agar berdoa kepada Tuhannya untuk menyudahi azab. Nabi Musa AS pun menuruti keinginan mereka. Doa dipanjatkan, dan dikabulkan. Sayangnya, mereka lupa dengan apa yang baru menimpa itu, sesudahnya. Mereka mengatakan kesialan itu adalah karena keberadaan Nabi Musa AS.

3.     Belalang.
Sekawanan belalang menyerang buah-buahan serta tanaman. Mereka memakannya, dan pergi sesudahnya. Semua yang akan dimakan oleh masyarakat Mesir, sudah didahului oleh para belalang.

Bukannya membuat hati mereka beriman, namun masyarakat kembali melakukan apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Datang kepada Nabi Musa AS, meminta doa. Setelah didoakan dan dikabulkan, mereka kembali ingkar. Tidak juga beriman. Na’udzubillah.

4.     Kutu Penyebar Penyakit.
Kutu penyebar penyakit hadir sebagai azab berikutnya. Mereka mengulangi lagi apa yang sudah dilakukan. Berjanji akan beriman dan melepaskan orang-orang Bani Israel (yang saat itu diperbudak, dianiaya, dan para wanitanya dijadikan bahan perkosaan oleh orang-orang Mesir).

Janji tidak ditepati. Hati belum juga membuka untuk menangkap iman.

5.     Katak.
Azab Allah SWT kembali datang setelah keingkaran mereka. Hal ini sebenarnya, bagi orang yang berakal adalah karena betapa Allah SWT menunjukkan kesempatan yang berulang kepada manusia. Tinggal bagaimana manusianya, apakah akan memilih beriman atau kafir.

Katak ini ada di mana-mana. Memenuhi semua ruang penduduk Mesir. Melompat ke sana-ke mari. Mendiami tempat tidur mereka, meja makan, dan semua sudah penuh dengan katak.

Subhanallah.

Ternyata pengulangan akan hal sebelumnya pun masih terjadi.

6.     Darah.
Ini adalah keanehan yang nyata. Sungai Nil yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Mesir saat itu, berubah menjadi darah. Dan hanya di bagian penduduk Mesir saja yang demikian. Tempat lainnya tidak. ketika mereka akan minum, airnya merah.

Maha Suci Dia yang jika berkehendak hanya tinggal mengucapkan. “KUN” maka jadilah!

Semua azab datang dalam waktu berdekatan. Paceklik, melimpahnya air, dan seterusnya terjadi pada waktu yang berurutan. Bukan pada musimnya. Dan hal ini seharusnya menjadikan siapa saja yang mengalami untuk beriman, sayangnya TIDAK!

Akhirnya, mereka semua pun ditenggelamkan di Laut Mereh. Ketika Nabi Musa AS meninggalkan Mesir bersama orang-orang yang bersamanya. Mereka mengikuti seraya mengibarkan bendera perang. Bukannya mengambil hikmah untuk memperbaiki diri, mereka dengan perintah Fir’aun menjadi murka dan siap membunuh Nabi Musa AS.

“Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang datang sesudahnya.” (Q.S. Az-Zukhruf : 55-56).

Itulah pelajaran, bahwa azab yang bertubi-tubi tak jua membuka hati Fir’aun dan para pengikutnya.

Apakah kita akan menemukan-Nya pada setiap perih yang hadir dalam hidup, atau menyalahkan?

Apakah kita akan bertambah iman, atau meninggalkan?

Ketika semua perih datang bertubi?

Bisakah kita introspeksi dengan semua yang terjadi?

Hal yang terjadi di dunia, baik untuk saat ini, masa lalu, dan yang akan datang adalah pelajaran-pelajaran berharga. Sikap kita terhadapnya lah yang akan menempatkan kita kelak di akhirat : DI TEMPAT sesuai AKHIR HIDUP KITA.

Semoga khusnul khotimah. Aamiin.
Pondok Cahaya, Yk, 04 Juni 2017

Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara