saya dan anak kedua (Byan) |
Sekitar setengah tahun lalu, saya sudah berencana
menyapih anak kedua, usianya saat itu masih 26 bulan. Cara ampuh menyapih anak belum juga saya dapat.
Usia Byan (nama anak kedua saya) kian bertambah bilangan, Juni 2016, dia sudah
3 tahun. Satu per satu tips menyapih pun saya lakukan.
Setiap bunda agaknya memiliki cara ampuh menyapih anak yang berbeda. Dari
mendengar dan mendapat saran, saya mulai metode menyapih tradisional (tepatnya
ala ibu-ibu generasi mamah saya), yaitu mengoleskan sesuatu pada daerah puting
dan sekitarnya.
Pertama, saya oleskan getah lidah buaya. Ini bukan
mendengar atau berdasar saran seseorang, tapi berdasar pikiran sendiri.
Kebetulan pernah menjilat getah lidah buaya, eh, kok pahit. Yang terdekat dari
tempat tinggal adanya lidah buaya (kelihatan deh menyapihnya enggak pakai prepare). Anak saya langsung menangis, dan dia paham bahwa rasa
pahit itu bisa dihilangkan.
“Ummi, lap. Ummi, elap!”
Begitu pintanya sambil memberikan kain lap. Duh, ternyata
saya kembali iba... belum tega melihat dia menangis. Luluh lah hati, dan anak
kedua saya kembali menikmati ASI. Kadang, saya ikut mencolek suami untuk
menggendongnya saat ingin menyusu. Ternyata cara ini bukan cara ampuh menyapih anak (versi saya).
Kedua, saya mengoleskan Buah Naga Merah. Edisi perdana
pengolesan memang membuat anak saya tidak mau menyusu. Ini saran teman.
Menurutnya mengoles sesuatu yang berwarna akan menghilangkan keinginan menyusu.
Teman saya itu memakai obat merah. Duh, saya serem ngebayanginnya, jadi
mengganti dengan buah naga.
Lagi-lagi Byan mengawasi saya, dan olesan itu menurutnya
bisa dibersihkan. Tangis kembali meledak. Keringat mulai bercucuran di kening
saya. Ih, menyapih anak kok rempong, ya
ternyata?
Ketiga, saya berencana membeli brotowali, atau pahitan
lain. Setiap berangkat pasar meniatkan beli, pas sampai di pasar ada saja yang
terjadi. Lupa lah, bakul jamunya enggak datang lah, penjual rempah-rempah
absen. Jadi lah pengolesan brotowali tidak terlaksana. Program penyapihan
mengalami jeda. Apalagi rasa iba masih bercokol di dada. Kasihan bila mendengar
tangisan si kecil. Alih-alih sudah berhasil sehari tidak menyusui, malamnya
malah menawarkan untuk menyusu. Uh. Benar-benar labil!
Suatu hari suami bercelutuk, “Coba pakai hansaplast.”
Kebetulan ada satu area puting yang lecet-lecet efek
digigit anak pada waktu menyusu. Saya langsung menempel hansaplast sesuai saran
suami. Eh, ternyata anak saya langsung tidak mau menyusu sambil bertanya, “Kok
di lem?” Hehe.
Akhirnya saya menemukan beberapa tips dalam menyapih anak sebagai
kesimpulan :
1.
Niatkan menyapih
anak sejak usianya 20 bulan. Setidaknya pada usia itu bunda sudah menemukan
cara, dan segambreng cara lain bila cara pertama belum berhasil.
2.
Minta bantuan/kerjasama
dengan suami.
3.
Minta dukungan si
kakak (kalau anak kedua dan selanjutnya).
4.
Kuatkan tekad,
sekali-kali harus kuat mendengar tangisan si kecil. Cari cara mendiamkan yang
aman. Bunda dan ayah lebih tahu kebutuhan putra-putrinya.
5.
Berd’oa setelah
berusaha. Ini sebenarnya poin pertama, namun sengaja saya taruh di step akhir
sebagai pengikat. Artinya semua usaha atau tips 1 s.d 4 tidak akan berguna bila
lupa poin kelima.
Bagaimana?
Apakah cerita Ayah dan Bunda saat menyapih anak lebih
seru? Mari share di kolom komentar. Dan saya yakin, cara ampuh menyapih anak akan selalu menjadi
kenangan indah seorang ibu. Semoga menjadi anak yang Qurrota A’yun; menyejukkan
pandangan mata dan hati. Aamiin.
Belum pernah tahu nyape, tapi pernah disape hehh :v
ReplyDeleteTapi suka dengar cerita kata ibu nyaranin lebih baik anak disapi sekitar usia 2 tahun
Nanti juga bakal ngalamin. Iya. Ini efek enggak tega, ora tegel kata orang Jawa.
DeleteIya memang kadang ada yang gitu. La ponakanku kadang sampai sekarang masih suka netek, tapi ya juga malu kalau dilihat temannya hehhh
DeleteDulu ada kakak kelas pas MI. Sudah kelas 6 masih 'ngempeng' istilah lain netek, tapi sudah gak keluar asinya.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletesaya menyapih 3 anak semuanya pakai plester mbak. anak pertama sekarang kelas 1 SMP. anak kedua kelas 4 sd. anak ketiga kelas 2 sd. saat pertama kali menyapih dengan menempel hansaplast di puting gak ada yg ngajari. kepikir gitu aja. ternyata anak saya langsung gak mau menyusu begitu melihat ada hansaplast di kedua puting saya. dia malah bilang : "ummi sakit ya ?"
ReplyDeleteakhirnya cara ini saya pakai juga untuk adik-adiknya. Alhamdulillah langsung manjur.
Waaa. Ada yang sama rupanya. Feeling ibu memang tu kalau enggak ada yang ngajari. Hehe
DeleteWaaa. Ada yang sama rupanya. Feeling ibu memang tu kalau enggak ada yang ngajari. Hehe
DeleteTernyata nyapih itu seru ya mbak Kayla, banyak cara dicoba, alhamdulillah akhirnya berhasil juga :)
ReplyDeleteKalau anak saya tanpa disapih mbak, karena ASI saya tidak begitu lancar jadi sudah disambung sufor sejak awal :)
Apa kabar mbak, perasaan saya lammaaa sekali nggak mampir sini :)
Iya seru. Enggak mampir karena memang tuan rumah hibernasi. Ada satu hal yang membuat saya menjeda menulis dari Desember s.d Februari. Satu hal yang menjadi excuse bila saya detailkan apa bentuknya. Terima kasih kunjungan setiamu, Mbak Anjar. In sya Allah balik berkunjung.
ReplyDeletehhee.. kalau ponakanku putingnya mbakku dikasi butrowali mbak.. cuma diliatin trus dikasi tahu kalau sakit gitu sambil dihibur trus dijak ngobrol ngalor ngidul pokoknya dislimur skiranya dia ga mau mimik susu hhe tapi smbari diajari minum air putih mbak hee
ReplyDeleteAlhamdulillah berhasil, ya?
DeleteIni sekarang kadang pagi pas bangun tidur masih suka minta, dan jurus ngobrol ngalor-ngidul memang saya terapkan. Hehe. Ampuh.
Saya baru nih mbak soalnya saya kan gak pernah menyusui, ahi hi hi.
ReplyDeleteHehehe.
Delete