![]() |
Sumber |
Dear sobat kaylamubara ...
Kali ini saya membuat blogspot tentang cerita yang terinspirasi dari komik pendek. Dudi dan Pigy. Gambar ada di atas itu. Sebenarnya ini tulisan di sebuah grup yang saya ikutkan kuis. Daripada saya baca sendiri, mending diposting. Tidak terlalu penting, tapi siapa tahu bermanfaat. Sepakat?
Mungkin di
dunia ini hanya aku yang tidak bahagia, sebab aku berbeda!
Aha! Ada kotak berlubang dari ibu. Kok agak berat, dan
bergerak-gerak. Sepertinya bukan barang. Dudi berusaha menjaga keseimbangan
badan. Dia mengambil kotak pemberian ibunya.
“Isinya apaan, Bu?”
Wajah yang tadinya murung saat termenung berubah menjadi
berbias binar penasaran.
“Umm, buka aja deh.”
Ibu berdiri di belakang anak delapan tahun itu. Beliau
bersiaga seolah tidak mau anak tunggalnya terjatuh, karena mengangkat kotak
darinya.
Dudi membuka kotak perlahan. Muncullah seekor binatang
mungil, putih, lidahnya menjulur. Tapi, wajah Dudi tiba-tiba murung. Hatinya
mencibir, Anjing kecil, tanpa kaki?
“Namanya Pigy. Katanya sih singkatan dari Happy Dogy.
Lihat deh! Dari tadi dia terus-terusan mengajakmu tersenyum, tapi kamu malah
murung.”
Dugi mengangkat Pigy dengan kedua tangan gemetar. Bulir
bening menggenang di kedua ujung netranya. Hatinya menyesal menerima hadiah
itu, tapi, Pigy adalah pemberian ibu.
“Tidak ada gunanya anjing cacat. Takkan pernah
kupelihara. Aku benci anjing cac—“
“Dudi. Ayolah, Sayang. Semua orang berhak bahagia.
Binatang juga. Kamu, Ibu, dan Pigy memiliki hak untuk tersenyum, bermain, dan
bersemangat.”
Dudi meletakkan Pigy dan membanting bola kecil berwarna
pink. Dengan lincah, anjing putih itu menangkap bola, menggigit, dan
berguling-guling. Dudi melihat dengan lelehan cairan kornea di pipi.
Dudi tersungkur saat kaki kirinya menyandung kruk. Dia
mengambil bola dan melempar ke sembarang arah. Pigy mengejarnya sampai
terpelanting. Anak berambut ikal bertopi hijau melihat dengan wajah kasihan.
Tapi, Pigy tetap berusaha mendapatkan bola.
“Kau beda, Pigy. Kau memang tidak seperti anjing lain.
Sama sepertiku. Kita sama-sama tidak sempurna. Benar kata Ibu. Kita berhak
bahagia. Ayo! Kita main bersama di luar!”
Ibu mengusap kedua matanya dengan ujung jari tengah. Hari
itu, Dudi dan Pigy akan bersahabat. Mereka akan bermain, dan menikmati waktu
luang bersama.
Aku tak bisa membenci Pigy karena keadaannya yang sama denganku.
Itu tadi sedikit cerita tentang Dudi dan Pigy. Pesan moralnya adalah ... Lupakan kekurangan fisik, dan mari berprestasi.
yeeyyy...sangat inspiratif mbak Khayla... 'tidak sempurna' dalam arti yang luas tentunya ya... :)
ReplyDeleteAh, ya. Tepat sekali, Mbak Anjar Sundari.
DeleteCerita yang inspiratif. Benar, semua orang berhak bahagia, baik yang fisik sempurna ataupun tidak. Bahagia ada dalam hati kita sendiri, kita sendiri yang harus menciptakan bahagia itu :)
ReplyDeleteTanpa kecuali ...
DeleteKomik ini sederhana. tapi sarat dengan pesan moral dan cocok untuk anak-anak. Ya saya setuju, meski apapun yang terjadi, kita semua berhak bahagia :D
ReplyDeleteThanks for this post :D
Iya, Mbak. Saya membuat jadi cerita yang super sederhana. Mudah-mudahan bermanfaat.
ReplyDelete