Rujak Tauge dan Kecipir

Rujak Taoge dan Kecipir
Saya biasa menyiapkan sayuran di siang hari untuk menu sore, dan pagi di hari berikutnya. Demikian juga pada hari Kamis, 5 Agustus 2015 kemarin. Ada tauge, kecipir, tahu, wortel dan sop-sopan di dekat meja makan.

Hari itu suami juga sedang berpuasa. Dan biasanya juga nih ... suami akan makan setelah salat Maghrib.Tapi, hari itu berbeda! Rupanya dia melihat koleksi sayuran yang belum dieksekusi.

"Dik tolong sambelin ini dong."

Tangan suami menyodorkan bungkusan tauge. Dia melihat ke arah kecipir juga.


"Sekalian sama ini."

Saya biasanya memang membuatkan sambal tauge mentah untuk suami. Tapi, belum pernah sekali pun membuat sambal tersebut bersama kecipir, mentah lagi. Duh, kalau diturutin, apa rasanya enggak jadi aneh, ya?

Kebetulan saya memiliki  kacang tanah goreng. Pikiran saya langsung tertuju pada rujak. Sepertinya enak jika dibuat bumbu layaknya rujak atau pecel. Dan lidah suami akan menjadi sarana percobaan untuk pertama kalinya. Ssstt!

Ada empat sendok makan kacang tanah yang saya uleg. Sebelumnya saya memakai lima buah cabai rawit merah extra pedas. Mungkin jika ada yang mau mencoba resep ini, dan suka rasa pedas sedang, bisa mengurangi kadar cabainya.

Cabai ini yang saya gunakan
Setengah siung bawang putih, dan sesendok bawang merah goreng saya padukan dalam cobek. Garam lembut pun ikut membaur bersama sedikit kencur. Uleg semua hingga lembut. Tidak lupa gula merah dan beberapa sendok air. Biasanya bumbu ini juga dipakai ibu saya dalam membuat pecel atau lotek.

Tauge pun saya terjunkan ke dalam cobek. Kecipir yang tadinya panjang, saya potong kecil alias tipis-tipis menyerupai potongan saat membuatnya menjadi oseng/tumis. Untuk mengulegnya, tidak perlu terlalu halus. Tumbuk kasar saja.

Taraa!

Bila di zoom. Rujak yang segar akan tampak seperti gambar di bawah ini :

Comments