Ketika Anak Kita Berbeda (3)

Kejutan ...
Maisan mau duduk, karena ada mainan

Hari berikutnya Maisan memakai baju olah raga, seragam berwarna oranye. Dia termasuk anak yang suka memakai barang baru, termasuk baju. 

"Kenapa pakai ini?"

"Ini seragam hari Jum'at dan Sabtu. Jadi sekarang dan besok pakai yang ini."

Ada raut berpikir terlihat jelas dari wajah, dan keningnya. Satu per satu dia bertanya tentang baju mana yang dipakai hari apa. Sambil merapikan pakaiannya, saya berharap hari ini akan lebih baik. Setidaknya ada kemajuan pada diri Maisan, walau sedikit. Mungkin begini apa yang dirasakan ibu lain.

"Aku mau diantar Mbak Novi. Sekarang kan Mbak Novi libur."

Jadilah hari itu Maisan diantar naik sepeda kayuh ke sekolah. Saya datang belakangan. Saat sampai di sana, anak pertama saya itu masih di dekat pintu gerbang. Mbak Novi dan bu guru agaknya sedang merayu agar Maisan mau masuk.

"Ummi ...i!"

Ah. Begitu saya parkir, Maisan menghambur.

"Kok Kakak belum main? Ayo main dulu, nanti waktunya baris, baris ya ... kalau masuk juga masuk."

"Iya. Tapi, aku maunya sama Ummi."

Hehe. Anak-anak. Saya memang tidak mengalami masa TK. Dulu langsung sekolah MI (SD), jadi sudah berangkat sekolah, main, dan pulang sendiri. La wong sekolahnya di depan rumah.

Saya mencoba membuat Maisan merasa nyaman dengan mengantarnya ke tempat Main. Setelah berbaur dengan teman-temannya, saya pindah mengikuti adinya., Byan.

Hari itu saat berbaris sebelum masuk kelas, Maisan meminta saya berdiri di sampingnya. Saya masih melakukan apa yang dia inginkan. Kadang, anak berkulit cokelat muda ini juga menggelayut. Saya biasanya mendorong dia pelan. Tak jarang saya mengikuti gerakan yang diintruksikan gurunya, begitu Maisan melihat gerakan saya, dia juga ikut bergerak.

Dan apakah Anda bisa menebak apa yang dilakukan Maisan begitu mendapat giliran masuk?
Dia masuk dengan menarik tangan saya. Di dalam kelas terus berdiri di belakang kursi.

"Duduk, yo ...."

"E-mooh."

Saya pun berinisiatif mengambilkan mainan untuknya.

"Nah, duduk, ya ... nih ada mainan."

Mungkin cara saya bukan cara yang baik, karena membimbingnya untuk bermain dalam kelas, sedangkan yang lain fokus pada guru. Saya akan berjuang agar hal ini tidak berlangsung lama, hingga jadi kebiasaan. Begitu tekad hati.

Tanpa saya duga, anak yang tidak mau diam selama ada di sekolah TK Kuncup Melati, datang mendekat dan ikut bermain. Wah-wah-wah.

Inilah Maisan dan anak yang terus bergerak
"Ayo, mainannya disimpan," pinta saya setelah beberapa menit.

Maisan pun menurut.

"Siapa yang mau majuuu? Ayo sini nyanyi!"

Anak-anak yang dipanggil namanya pun maju. Maisan melihat dengan seksama.

"Siapa lagi yang mau maju?"

Tidak ada yang maju. Saya iseng-iseng memanggil Maisan.

"Ayo maju, Kak. Nyanyi Kugendong Tas Merahku."

Maisan hapal lagu anak SD malah. Ternyata dia langsung maju, tapi menyanyikan lagu Pelangi-pelangi.

Di sinilah saya merasa dia sebenarnya berani. Hanya butuh waktu dan penyesuaian. Saya mendapatkan kejutan, baru dalam waktu dua hari. Kejutan bukan tidak mungkin akan ada lagi. Aamiin.

Ummi yakin, kamu bisa, Sayang ...

-Selesai. Akan ada bagian lain, sambungan cerita ini dalam judul berbeda. Rencana, tiap judul akan dijadikan tiga bagian-

Untuk membaca tulisan sebelumnya : bagian (1) Di sini
Bagian (2) Sebelah sini

Comments

  1. Emang gitu ya Mbak. Anak-anak harus dapat dukungan dari kita baru tuh berani. Mungkin sebagai orang tua harus pandai-pandai mendukung hari-harinya. Insyaa Allah anaknya besok-besok tambah brani....

    Idrus Dama
    Blogger Gorontalo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Kak Idrus Dama ... ibu itu kudu belajar menyimpan konflik, bila ada, agar bisa berupaya sabar sampai pada saatnya nanti anak-anak mengerti.

      Delete
  2. anakku baru masuk tk a juga mbak. awalnya malu malu.. tp alhamdulillah skrg udah berani.. iya mbak tiap anak mmg beda beda pembawaannya.. ada yg kalem.. berani.. aktif.. smpe pemalu gak mau lepas dr orang tua :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Usia, keluarga, lingkungan dan kebiasaan juga pengaruh, ya, Mbak Tetty Hermawati?

      Delete
  3. ya kalau masuk lingkungan baru biasanya suka gitu ya, dulu waktu anakku baru masuk TK, aku gak boleh pulang harus duduk di sampingnya terus, lama-lama baru sampe gerbang sekolah aja, aku udah di suruh pulang :D

    ReplyDelete
  4. Mbak Gusti Indah Primadona. Saya manunggu waktu dia meminta saya pulang. Aamiin.

    ReplyDelete
  5. Hihhii

    Si Kakak dari TK udah sering aku tinggal, kadang pulang sendiri. Karena lokasi sekolahhya deket rumah.

    Sekarang pun kelas 1 antar jemput karena agak jauh jaraknya.

    ReplyDelete
  6. Kalo anak saya (4,7 th), saat Paud saya hrs standby disampingnya. Tapi kemarin sebelum masuk hari pertama TK, jauh2 hari saya sudah berpesan " klo Paud ibunya di dlm gk pa2, tp klo TK ibunya gk boleh di dlm, harus di luar". Alhamdulillah hari pertama lngsung mau duduk sendiri. Anak saya sbnre bukan penakut tapi rd susah bersosialisasi. Meski udh masuk hmpir sebulan, saya perhatikan gak pernah sekalipun bersenda gurau dg teman sebelahnya, pdhl udh saya sengaja yg bersebelahan( kanan-kiri) adlh teman dari Paud dulu.Dan aslinya anak saya anaknya cerewet bgt klo di rumah.

    ReplyDelete
  7. Mbak Ahliah Citra. Cakeep. Enak yang jadi ibunya, bisa tenang ... dan kerjakan lainnya.

    ReplyDelete
  8. Mbak Winarinda Windarti ... Anak saya enggak pakai PAUD, padahal sih masih 4 tahun. Efek paling dekat dari lokasi tempat tinggal, adanya TK :)

    Alhamdulillah, ikut nyaman membaca ada yang sudah berani PD. Semoga menjadi anak yang saleh(ah). Aamiin.

    ReplyDelete
  9. keponakanku sama lingkungan baru, pendiam banget, eh malah pernah sampai nangis, mungkin adaptasi setiap anak, berbeda mungkin ya :)

    ReplyDelete
  10. Iya, semua anak memiliki keunikan, kata pakar. :) Tapi saya yang memiliki dua balita juga beda, tapi tidak baik bila membedakan. Kata teman saya yang anaknya 4, semua juga beda-beda. Seru deh ...

    Makasih sudah mampir, Mbak Sari Widiarti ...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara