Jika Menulis Hanya untuk Lomba


Kemarin sore ada anak panti asuhan yang kelas VIII SMP datang pada saya. Wajahnya menyiratkan kegugupan. Dia begitu banyak melakukan gerakan salah tingkah. Sebagai yang pernah remaja, saya paham, ada sesuatu yang diinginkannya.

"Ada apa, Mbak?"

"Besok mau ada lomba baca puisi, saya minta diajari, Bu."

Nah ... nah ... ini dia nih yang kadang membuat saya mengusap wajah. Berkali-kali saya menghimbau agar sesuatu itu ditekuni. Yang senang puisi, ya latihan puisi, biar saja dikira orang aneh, baca puisi ya pakai intonasi, masa hanya dalam hati? Demikian juga yang suka pidato atau menulis cerpen. Sudah dibagi-bagi secara kelompok mana yang minat bidang apa. Tapi kok ya ... ngajakin saya menarik urat sabar. Hmm ...

"Sekarang sibuk apa enggak, Bu?"

Padahal saya jelas-jelas sedang mengetik saat dia datang. Dan netranya juga melihat. 

"Entar malem aja, Mbak."

Sayang seratus lima puluh kali sayang. Malamnya saya mengantar kedua anak saya tidur lebih awal. Saya tidak mau anak-anak datang ke sekolah terlambat, sementara itu di masjid panti asuhan juga ada acara memeriahkan H-2  tujuh belasan. Jadi anak itu mengikuti acara, dan saya melambungkan lelah.

Saya malah jadi ingat diri sendiri. Saya juga masih suka menulis karena ada lomba. Barangkali jika saya punya mentor, kondisi mereka akan mirip saya saat menghadapi anak panti yang minta diajari baca puisi. Gemes bangeet.

Dalam bayangan saya, si mentor  bakalan ngomong atau membatin, Makanya kalau nulis ya dilatih setiap hari, enggak kalau mau lomba saja. Coba kalau lomba hanya sebulan sekali, berarti targetmu sedikit banget. Belum kalau kamu hanya menulis saat gembira saja. Wah, bisa gawat.

Hasilnya akan berbeda. Tulisan yang diasah setiap hari dengan yang mendadak. Anak yang lomba tadi juga tidak bisa memaksakan diri untuk ngoyo jadi juara, walaupun dia punya bakat. 

Dengan peristiwa anak panti tadi, saya berterima kasih, secara tidak langsung telah mengingatkan. Jadi ... apa masih mau nulis kalau ada lomba saja? 


Comments

  1. Kata temen, kalau mau masuk syurga nggak perlu shalat tiap hari. Cukup bersyahadat pas mau meninggal dunia. Sayang, ada orang yang ikuti nasihatnya, malah pas mau mati dia nyanyi dangdut, sebab setiap harinya dia suka berdangdut ria. Nah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, na'udzubillah, ya, Pak. Memang semua dinilai-NYa pada saat akhir, tapi proses menuju akhir juga menentukan ... :)

      Delete
  2. iya mbak.. hobi atau apapun harus diasah terus dgn tekun :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepakat, hobi+ketekunan = sepaket.

      Sedang belajar tekun, memotivasi diri sendiri, Mbak Tetty Hermawati.

      Delete
  3. Nggak deh Mba. Mau coba one day one post nya.

    ReplyDelete
  4. Hehe. Gabung aja ke grup Blogger Muslimah, Dik Dinda L Cahyani ... Di sana banyak blogger muslimah kece badai membahana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Salah satunya saia.. ahahah pede bgt :v

      Delete
  5. Tapi dari pengalaman saya merintis KIR di SMA dulu, untuk anak-anak, ada baiknya juga lho mbak kalo mereka sudah ada keinginan ikut suatu lomba. Kemauan itu langkah awal. Artinya sudah ada need of achievment, tinggal dikembangkan saja. Jadi berikutnya tergantung apakah lingkungan bisa memberikan cukup dukungan, akses, dan fasilitas, dan apakah motivasi dirinya cukup kuat untuk istiqomah.

    ReplyDelete
  6. Mbak Fathin Nabihaty. Iya, anak-anak yang saya maksud juga mereka yang sebenarnya minat, tapi aras-arasaen (agak berat menekuni), anak-anak kategori ini kalau melihat anak yang latihan sama saya juara 1, dia kepingin, tapi belum mau melihat bahwa yang juara 1 itu jam terbangnya ikut lomba udah lumayan tinggi.

    Motivasi diri ini yang kadang anget-angetan. Salam kenal, ya, Mbak ... Terima kasih sudah berkunjung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga mbak..
      semangat terus membimbing mereka ya..^_^

      Delete
  7. Aku mah ga pernah menang kalo ikut lomba

    Hehehee...

    Mau ikut ini ini aja aaah...
    Biar rajin nulisnya

    ReplyDelete
  8. Hehe, Mbak Ahliah Citra. Kan sudah menangin hati suami, pertama pas akad nikah, kedua, ketiga dst ... hanya Mbak Ahliah Citra yang tahu :)

    Iya, saya juga belajar ikutan ini, biar rajin nulis.

    ReplyDelete
  9. melatih kemampuan menulis setiap hari akan menjadikan kita semakin ahli..setuju mbak :)

    ReplyDelete
  10. Terima kasih, Mbak Eva Arlini. Alhamdulillah sudah berkunjung ...

    Sepertinya berlaku untuk banyak hal ... :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara