Bila Terlalu Banyak Menuntut Pada Anak (2)

Kesenduan Maisan

Maisan masih bertanya tentang alasan saya meninggalkannya ke pasar. Saya berusaha memotivasi saat di rumah. Baik saat dia bertanya, atau pada waktu saya sedang luang. Untuk yang kedua, saya selipkan ucapan-ucapan : "Itu lho si Rahma juga ditinggal enggak nangis," atau, "tuh Cherry juga yang masih kecil udah ditinggal."

Namun apa yang saya dapat?

"Enggak! Aku enggak mau ditinggal!"

Kali ini jawaban Maisan malah naik beberapa oktaf. Fyuh--elap keringet.

Saya pun ingin agar suami merasakan betapa hanya untuk ditinggal, Maisan belum juga bisa. Saya ingin, agar abinya itu melihat, menjalani, dan merayu anak sulung kami saat di sekolah.
"Gimana ... katanya pinter, kok enggak mau ditinggal?" tanya suami saat saya selesai bicara.

Maisan hanya mengulang-ulang jawaban yang sama dengan bibir mencucu, dan wajah yang sendu.


Saat di sekolah setelah peristiwa di bagian pertama, Maisan mirip bayi yang terus ingin bersama ibunya. Dia menggenggam tangan saya, kuat. Dia menatap saya dengan tatapan mengiba. Dan ... memasukan jempol ke dalam mulutnya sedalam-dalamya. Luar biasa. 

Terlintas dalam benak, andai Maisan seperti dia, dia, atau dia yang lain. Dogma yang saya pasang sendiri tentang anak tak bisa dibandingkan dengan anak lain seolah pudar. Belum lagi pada saat yang bersamaan Byan menarik tangan saya dan minta disusui. Fokus terbagi, hari terasa panjang. Saya berharap masih ada harap yang menjulang.

"Ummi duduk di sini," pinta Maisan sambil menarik kursi biru kecil ke depan saya.

Dia menggesernya sedemikian rupa hingga jarak dia duduk dengan jarak saya sangat dekat. Dua guru yang mendampingi anak-anak TK kecil tersenyum, saya ikutan ... tapi, tipis.

Dan terdengarlah nada dering kehidupan selanjutnya ...

"Numnak ... numnak ...," pinta Byan sambil membuka jilbab saya.

Numnak berarti Minum Enak. Dia membuat singkatan sendiri, tepatnya karena masih belum lancar bicaranya, jadilah ahli singkat-menyingkat kalimat.

"Bentar, ya, Dik? Tunggu kakak dulu."

Saya pun berdiri dang menggendongnya.

"Ummi mau ke mana?"

"Enggak ke mana-mana. Eh, tapi Ummi mau mimikin adik, bentaaar aja, ya?"

Maisan menggeleng.

Byan bertambah kuat menarik tangan saya, airmata mulai meleleh. Saya mengikuti ke arah yang diinginkannya. Maisan mengekor sambil gigit telunjuk, setelah sebelumnya gigit jempol.

Sampai waktu istirahat, Maisan lebih dari 5 kali menengok saya saat menyusui adiknya. Saya merasa lega begitu aba-aba pulang mulai terdengar.

Tanpa bicara, saya menuntun motor dan menghidupkan mesin. Maisan dan adiknya bergantian naik. Sampai di panti asuhan tempat kami tinggal, baru di depan pintu gerbang tuh, eh Motor mati. Waduh. Lengkap sudah apa yang saya rasa.

Hari ini, saya menuntut Maisan untuk tetap bisa mengerti, atau bisa seperti anak lain, namun sayang ... saya bercengkrama dengan pikiran sendiri, minta sabar, tapi baru soal begini sudah mau terkapar. Sebaiknya saya mencari cara, bagaimana Maisan bisa ceria lagi, walaupun saya menemani. Maafin Ummi, ya ...

Bersambung ...

  • Bagaimana Maisan?
  • Apakah besoknya motor saya sudah lancar?
  •  Apakah saya merasa menjadi bunda paling sengsara? 
Tunggu di ... Bila Terlalu Banyak Menuntut Pada Anak (3)

Yang mau baca Bila Terlalu Banyak Menuntut Pada Anak (1) ada di sini.

Mohon maaf, ya ... saya biasanya tidak melanjutkan langsung tulisan pada hari berikutnya, tapi membuat jeda dengan tulisan lain. Karena nulis ini sambil lihat-lihat foto yang ada, biar ingat peristiwa yang terjadi. Alesan. :)

#ODOPBloggerMuslimah GerakanMenujuSalehah


Comments

  1. Menjadi seorang ibu memang butuh kesabaran luar biasa y mbak...... saya aja baru punya anak satu kdg udah ketetran .. tpi msh pengen punya anak lagi hehe

    ReplyDelete
  2. Iya, Mbak Izzawa. Mudah-mudahan kita diberi kesabaran. Tambah lagi, Mbak. Kalau bisa diminta pakai jarak 4 tahun, biar bisa bagi-bagi sayang dan fokus (yang ini nasihat mamak saya, dan anak saya 23 bulan sudah punya adik).

    ReplyDelete
  3. Hihihii...
    Kalau si Kakak begini,

    "Ummi nih, aku terus yang disuruh begini begitu. Adik ga pernah."

    Nahlho
    Ummi nyengir.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara