Bila Terlalu Banyak Menuntut pada Anak (1)

Bismillah.

Jika ada yang bertanya pada saya, apakah saya termasuk orang yang sabar? Akan saya uraikan sebentar, saya belum termasuk, tapi saya akan terus belajar untuk bersabar. Termasuk saat mendampingi anak pertama saya (4 tahun) ke sekolah, sekaligus mengawasi adiknya (2 tahun) bermain. Begitulah kira-kira bila menjadi Ibu Rumah Tangga Penuh Waktu (IRT-PeWa). Tidak di rumah, di mana saja seolah memiliki seribu bayangan. Jauh di mata pun dekat dalam angan-angan.

Di atas hanya opening yang menyelipkan gambaran kondisi seorang ibu. Selanjutnya saya akan menulis hal-hal sederhana, tapi luar biasa, yang mewarnai aktivitas seorang Ibu Rumah Tangga.

Kira-kira jam 8 pagi, hari Kamis, tanggal 6 Agustus 2015 kalender (penanggalan) Jawa tertulis Pahing. Artinya saat itu juga ada satu pasar bernama Pasar Pahing bisa saya kunjungi. Ada belanja, sayur, lauk, dan kebutuhan harian lain. Letak pasar tradisional itu tidak jauh dari sekolah Maisan.

Saat Maisan di dalam kelas, saya berinisiatif meninggalnya dan ke pasar. Motor saya tinggalkan, dengan berjalan kaki bersama anak kedua, kami menuju lokasi yang jaraknya sekitar 500 meter dari TK Kuncup Melati.

Saya merasa bersalah, tapi berharap Maisan bisa mengerti, jika dia melihat motor, saya pikir logikanya akan langsung nyambung dan mengatakan, Ummi masih ada. Tuh motornya juga masih.

"Maisan tadi nangis," lapor seorang ibu yang juga menunggui putranya di luar pagar.

Saat saya kembali dari pasar, anak-anak TK masih istirahat. Maisan mengemut jempol di dekat motor yang saya parkir.

"Ummi tadi ke mana? Kok aku ditinggalin?"

Duh, rasanya saya ingin ikut nangis. Saya tentu bersalah meninggalkannya tanpa pamit. Sebenarnya saya lah orangnya yang paling sering mengingatkan suami, "Kalau pergi tetap wajib pamit. Walaupun nanti Maisan nangis."

Nah, lo. Sekarang kok saya yang melanggar.

Sejak itu, Maisan justru terus bertanya dan mencari saya pada waktu dia di kelas, dan saya tidak terlihat. Hari itu, saya menuntutnya untuk dapat mengerti, dan tuntutan saya terbayar dengan pertanyaan-pertanyaan dari mulut Maisan, sorot mata yang menyelidik, dan rasa takut kehilangan yang lebih.


Bersambung ... di sini

#ODOPBloggerMuslimah_GerakanMenujuSalehah


Comments

  1. In Sya Allah. Besok dilanjut, MBak nani djabar ... Terima kasih kunjungannya ...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara