Ketika Rumah Tak Lagi Ramah

Dokumen pribadi; Member KBM Yogya With Pak Isa Alamsyah

Rumah menjadi tempat paling bebas untuk berekspresi. Di rumahlah kita bisa memakai baju bolong-bolong, celana kolor, atau kaos oblong yang punggungnya mlompong. Di rumah pula kita bisa saling terbuka satu sama lain--sesama penghuni rumah. Kecuali hantu. Dari rumah lah langkah kaki kita mengawali pijak, sebelum beranjak. Ke rumah pula semua akan kembali dengan prestasi sendiri-sendiri.

Penghuni rumah biasa saling mendukung, walau kadang pertengkaran kecil terjadi. Anak-anak dari orangtua pun saling bersaing, berjuang membuka peluang keunggulan masing-masing. Suatu waktu, ayah akan tersenyum melihat anaknya meraih penghargaan, diterima masyarakat, atau prestasi lain yang belum diakui publik. Bila masanya tiba, ibu akan haru dalam linangan air mata. Bukan. Bukan bersedih. Ibu bangga pada anak-anaknya. Tidak sia-sia beliau mengejan--menahan lara.

Apa jadinya bila rumah tak lagi ramah?

Anak-anak adalah titipan. Mereka bisa menjadi anugerah, ujian, atau mungkinkah ada yang datang sebagai musibah?

Anak yang menjadi anugerah, tingkah polah menyejukan wajah. Tutur aksara membangkitkan semangat. Anak sebagai ujian, kehadiran mereka akan memiliki dua dampak bagi ayah, pun ibu; bertambah kuat, atau lunglai dalam lemas berharap. 

Yang terakhir ... sering kali membuat suasana rumah menjadi kurang, atau tidak ramah. Sebentar-sebentar membuat ulah. Tak jarang melakukan hal-hal yang mengundang resah. Dia datang dan pergi tanpa permisi. Mencubit adik, mendorong kakak hingga terjerembab dalam tangis. Ayah dan ibu sudah menguras stok air mata. Namun, mereka masih menangis. Ya. Hanya isak tak bersuara, tanpa bulir-bulir dari kornea. Nelangsa.

Sebab anak yang terakhir ini, kadang ada dan sengaja membuat semuanya tidak berjalan. Siapa pun yang ingin maju akan menjadi musuhnya. Dia membawa barang-barang yang mengalihkan perhatian dari konsentrasi penghuni rumah. 

Anak tetaplah anak. Bagaimanapun dia bertindak.
Jika masih bisa diingatkan, ya diingatkan.
Bila masih mampu menerima nasihat, nasihatilah!
Saat mulai sulit dikendalikan, beri peringatan.
Umpama terus bertingkah, apa harus dikeluarkan dari rumah? Jika tidak ada jawaban lain selain Ya. Bisakah sambil mendo'akan kebaikan untuknya? Entah.

Setiap penghuni rumah memiliki kewajiban mentaati peraturan. Baik yang diucapakan ayah-ibu, atau tidak. Menjalankan peraturan yang paling efektif adalah saat kita--jika menjadi anak, menjaga perasaan orangtua, membuat diri lebih disiplin. 

Lalu?
Bagaimana jika rumah itu adalah KBM, dan anak-anak adalah membernya?

#SaveKBM
#Komunitas Bisa Menulis

Comments