Rahasia Lolos Audisi Menulis Based on True Story yang Jadi Bagian Buku 'Ya Allah Izinkan Kami Menikah


Bismillahiirahmaanirrahiim.

Ternyata mencapai 100 liker juga di FB yang mau tahu rahasia ini. Bukan apa-apa sih, ini alibi biar saya bisa kabur dulu sambil kerokan. Meriang nih (Curcooool).

Terima kasih. Ada 3000 liker yang luar biasa. 103 lebih nyata, dan lainnya masih ghaib (duh!).
Sesuai janji, saya bakal menguak satu rahasia 'lolos audisi menulis' berdasar pengalaman pribadi. Bisa banget ini berbeda dengan rahasia dari teman lain, yang sama-sama lolos di audisi sama.

Ada tiga rahasia yang bakal saya jabarkan. Siapkan remason dulu (sesuai saran tersirat dari Mak Erin Cipta) agar bisa melek tahan lama.


Troreeeeet!

Ini dia tiga hal yang sebaiknya kita perhatikan :
1. Sebelum Menulis.
2. Saat Menulis.
3. Setelah Menulis.



1. Sebelum Menulis.
- Yakin tuh mau ikut audisi?
- Buat target 'lolos'
- Pahami dengan baik postingan yang berisi syarat dan ketentuan. Enggak banget deh bertanya hal yang sudah nangkring manjah di sanah. Basa-basi pun sebaiknya simpan. Amati, pahami, renungkan, dan segera ambil keputusan. Biasanya, saya tulis ulang, bukan copas. Sata tulis pakai tangan tuh poin-poin S&K-nya.
- Tentukan jumlah halaman yang mau ditulis. Sebelum merancang cerita, saya membuat target halaman yang tidak jauh-jauh dari batas maksimal ketentuan. Ini antisipasi jika saya harus edit, jadi tidak terlalu banyak menambah. Saat itu, syarat maksimal 10 halaman. Saya masih perlu menambah pada saat diharuskan memaksimalkannya.
- Memiliki modal belajar fiksi. Ini saya pribadi, ya? Saya belajar fiksi sejak belajar menulis. Ternyata ini sangat membantu. Penyajian kisah 'based on true story' yang disajikan dengan gaya fiksi, ternyata jadi lebih hidup (masih versi saya). Bisa main alur, tapi saya pilih alur maju. Biasa, masih cari aman. Alur mundur dan maju-mundur syantik, bagi saya butuh fokus lebih, dan mikir lebih (hahaha. Ketahuan dah enggak mau pusing).
- Baca buku-buku Pak Dwi Suwiknyo.
Ya gimana lagi, wong yang 'ngadain' audisi beliau, masa saya baca buku diary Anda? LOL.
Saya baca buku terbarunya yang Jangan Mudah Menyerah, dan Menjadi Pribadi yang Selalu Beruntung. Beliau memiliki ciri khas dalam bertutur. Sederhana tapi ngena. Ngenaaaa bangeeet. Serupa statusnya yang kadang 'nyampluk-nyampluk' hati. Jadi, saya mengamatinya dan sedikit belajar dari tulisan-tulisannya. Ini alamiah, artinya, dulu, saya tidak pernah meniatkan membaca bukunya untuk lolos audisi, tapi sekarang baru sadar. Itu jadi satu penyebab saya tidak terlampau gagap saat menulis kisah inspiratif.
saya bilang, membaca, kalau mau beli, itu hak Anda sepenuhnya. Sungguh.
-Buat Kerangka.
Saya tidak membuat sinopsis. Ini mungkin agak lebay. Saya yakin sinopsis yang saya miliki sudah tertanam dalam pikiran. Soalnya tuh cerita berkesan banget. Enggak bakal lupa. Jadi langsung bikin poin-poin berdasar jumlah halaman yang sudah saya targetkan. Oooh. Iya! Kerangka karangan gitu kali ya namanya?

2. Saat Menulis
- Jujur dan Tulus.
Jujur saja dengan cerita kita. Tidak perlu menitikkan 'rasa' biar dianggap waaah, kereeen, atau emejing. Bagi saya, ini mutlak dalam kisah inspiratif.
- Main diksi dan metafora sederhana.
Sah ternyata memakai bahasa yang 'agak' nyastra dalam kisah inspiratif. Ya, jangan terlampau lebay yang malah bikin belibet dan kening 'berlipet'. (soalnya dulu saya sering ditegur, tulisan saya bikin mumet. Hadeeeeh. Taubat deh).
- Tenang.
Ini penting. Saya rasa ini semua modal dasar dalam menulis apapun. Tergesa-gesa bakal membuat banyak lubang baca, atau cacat logika.
- Yakin.
Yakin saja bahwa tulisan kita ini sesuatu yang pantas dibaca. Kalau enggak yakin, mundur deh.
- Libatkan emosi sesuai suasana cerita.
Karena menulis masa yang pernah terjadi, saya menilik diary. Ada tulisan-tulisan yang bisa membangkitkan emosi ke waktu dulu, saat peristiwa terjadi. Kebetulan, saya punya lagu nasyid yang mendukung, jadi saya setel ulang, biar bisa masuk feel tulisan saya.
Sedikit cerita : saya membuat dua macam tulisan, yang satu main rima (dan malah jadi enggak ada feel menurut saya), dan satunya yang bakal jadi bagian buku pink ini. Alhamdulillaah).
Lanjuuuut!

3. Setelah Menulis.
- Periksa typo (tiga typo dalam 10 halaman itu sudah banyaaaak. Setahu saya, Pak Dwi ini jeli sekali, jadi, mending korban waktu buat ngedit, ketimbang naskah gak lolos di tahap kerapihan deh. Eit. Kalau postingan ini banyak typo, maafkan, ya ....).
- Cek logika.
Hati-hati dengan tulisan kita. Cek lagi, kalau-kalau ada logika yang masih enggak nyambung. Atau malah cacat. Jangan bosan-bosan, meski merasa bosan.
- Cek tanda baca.
Sudah pasti lah ya ...
- Yakin naskah sudah bersih
- Endapkan.
- Cek ulang.
- Siapkan biodata sesuai ketentuan.
- Salat.
- Kirim
- Pasrah.

Saran, baca 'pokoknya' buku terbarunya beliau, atau juga buku ini yang masih angeeeet bangeeet. Saran saja. Oia. Nitip salam buat teman, saudara, atau siapa pun yang masih jomlo, ya ... Ada buku baru nih yang semoga cocok buat hantaran. Yuuuuk!
Selamat 'meraupi' wajah dengan remason!
Ini sudah dikode berulang, mau ke pasar. Dadaaaaah!

Assalamualaikum ....

Comments

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ... sangat senang bila Anda meninggalkan komentar, atau sharing di sini. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Salam santun sepenuh cinta
Kayla Mubara